Tampilkan postingan dengan label cerpen fiksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cerpen fiksi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 01 Maret 2013

(untitled)

Disana dia, meluruhkan segalanya. pakaian melekat bersama jiwa yang pekat. ini saatnya, menuju ruang penyucian luar dan dalam. Luar oleh air dan yang di dalam oleh kontemplasi pembuat pengakuan.

Biasa lagi, aku harus melangkahkan kaki masuk ke kamar mandi, melepas baju, lalu menumpuknya di atas celana yang digantung agar tidak kena air. aku ingin memakainya kembali, terakhir, handuk aku gantungkan. Keran ini tidak pernah benar, tiap kali aku ingin memakainya harus saja memakai perkiraan dan percobaan. Biasa lagi, aku akan memutar kerannya ke arah kiri, tempat simbol warna merah yang menunjukkan panas, tapi tidak sampai habis. melepuh semua badanku nanti. 

hmm, oke, ini sudah hangat, tapi kurang. coba diputar sedikit lagi. ya, ini dia suhunya! tapi sebentar.. aku sedang tidak ingin suhu yang hangatnya terasa. baiklah. akan kuputar lebih banyak lagi ke arah warna biru, supaya panas dan dingin menghasilkan suhu yang padu.

Hal lain yang tidak benar lainnya adalah suhu air kocoran di keran, selalu lebih tinggi daripada yang keluar dari shower, pancuran. logisnya, air yang keluar dari keran harus lebih panas suhunya supaya pas saat pelaksanaannya nanti.
oke, semuanya siap. 

Air ini, biasa lagi, selalu seperti ini. menghujam deras ke atas kepalaku yang penuh. lalu akhirnya meratakan seluruh kenikmatan ini lewat seluruh lapangan kulit sedikit gelap, ke sendi-sendi yang beraksi atas muaknya semua yang memenuhi isi si kepala, tapi tak menembus sampai kulit yang tepat langsung melekat dengan tulang, rasanya.
Oo iya, banyak sekali yang aku temui belakangan ini. hmmh, orang-orang itu...
mari kita ingat-ingat kembali. yang pertama itu.. Jane, aku suka gadis itu. bagaimana kecerobohannya itu bodoh, tapi sekaligus memikat. kecerobohannya yang memakai telepon genggam sambil berjalan menuju subway sampai ia tidak memperkirakan jarak langkahnya dengan anak tanggalah yang membuatku mengantarnya sampai apartemen di jalan 38. tidak mungkin dia bisa berjalan normal setelah jatuh, jungkir-balik menyelesaikan hampir 75 anak tangga ke bawah tanah. yup, kejadian itu hanya terjadi semalam, namun kami tahu. karena jatuh, kami jatuh cinta.
Yang kami tahu, sebulan orang-orang sepanjang alun-alun kota akan melihat kami jalan berdua di malam sabtu, sebulan kami makan malam di restoran favoritnya, sebulan, desahan kami bersahut satu sama lain di flat miliknya, bersama bibir dan lidah yang saling berpagut. Atas nama cinta.
sebulan juga, aku mulai tidak suka dia. Kenapa dia harus datang pulang dan pergi bersama orang lain? apa aku sudah tidak dibutuhkan lagi? apa dia tidak menanggapi sebulan ini? apa ia telah menggantikanku.. Karena itu, 2 minggu aku tak ingin berbicara dengannya, melihat namanya saja aku muak. Tapi, setelah 2 minggu itu aku menyesal. kenapa palu itu harus mendarat keras di kepalanya.. kenapa setelah itu ia harus terjatuh kembali menyusuri tangga? 
Aku dan dia bertemu dan berakhir karena kejatuhan.

Dia masih melanjutkan mandinya, dengan sayup-sayup hewan-hewan peliharaan yang menggonggong, mengeong, berteriak, memukul, menggeliat, semuanya ramai dari arah gudang kediamannya. "hmm.. kamar mandi ini tidak bisa dipindahkan ke sana ya.. sayang sekali, aku suka saat mereka bertingkah seperti itu. lucu sekali suara mereka. juga pandangan mereka. seperti mata kucing yang membesar di malam hari."

Hmmh.. mengingat Jane membuatku sedih. kembali lagi aku harus sendiri di rumah. lalu, setelahnya, aku lebih sering melihat ke luar rumah melalui jendela ruang tamu. seringnya, memang, aku membiarkan tirai coklat menutup bagian itu. aku tidak suka cahaya atau segala sesuatu yang masuk lewat situ. tapi, beberapa kali aku mnguntit dari sana. beberapa kali itu juga keramaian ibu-ibu atau orang-orang yang berkumpul, mendengar, berbicara, menanggapi  dapat terlihat dan terdengar. aku tidak suka itu. aku tidak akan membiarkan apapun lagi masuk melalui jendela itu. 
Di saat seperti ini Gareth, teman terbaikku, dapat memberikan tempat yang luas untukku berbicara atas apa yang menurutku salah atau benar. Gareth akan memberi jalan keluarnya. Gareth yang mendorongku, selalu. Gareth yang selalu membuatku tidak pernah merasa aku melakukan kesalahan.
"Apa?! Kau bercanda bukan.." Gareth, tidak pernah aku melihat ia begitu tercengang.
"Tentu tidak, aku serius. tidak pernah aku bercanda jika aku datang kepadamu. Ini serius Gareth."
"Kau bodoh hah?! kapan kau mau berubah? kau tidak bisa selalu mempercayai semua yang kau duga, kau tahu itu?"
"Gareth, kau ini kenapa? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Seberapa mabuk kau semalam?"
Ya.. aku kira dia mabuk, dia saaaaangat membiasakan dirinya dengan itu. dulu, aku juga. selain Gareth , mabuk adalah hal yang membuatku berani menghadapi dunia. aku adalah raja, aku adalah dewa yang mempunyai kuasa untuk membuat atau membuat binasa.
"Astaga.. bangun! Kau tahu, kita tidak bisa terus menjadi gila seperti dulu. Aku sudah benci semua malam, semua tindakan yang membuat kita berbohong dan menimpakan semua kesalahan ke pihak yang benar. Ya, aku bukan diriku yang dulu. kau bilang aku mabuk? heheh, aku justru sudah terbangun! Dengar.." dia melangkah ke arahku dan meletakkan kedua tangannya di kedua pundakku, sambil menatapku, aku bersipa mendengarkan ceramahnya yang berikutnya," kau juga harus terbangun sobat. aku mengerti, kita, kau memiliki masa lalu yang buruk. dikucilkan, dibenci, diasingkan.. semua yang bahkan hewan sendiri tidak pantas. Tapi kau tidak boleh membawa itu terus bersamamu. Ia akan menguasaimu, lalu membunuhmu dari dalam. Jika tidak, itu akan menyiksamu seumur hidup"
Semua kata-katanya memuakkan, "aku tidak butuh kesadaran, aku sudah sadar!" bersama kalimat yang terucap aku melepaskan kedua tangannya dengan penuh tenaga, tidak terkendali. Lalu, aku pergi.
Aku tidak pernah ingin kembali ke rumah Gareth lagi, dan aku masih menahan benci. aku bodoh kenapa harus melihat rumah orang sial itu lagi malam ini. Malam yang dingin, dengan penebang pohon yang baru dipinjamkan kepadaku ini aku bisa menghangatkan diri sebentar dengan bergerak, mnegayunkannya bersamanya. Tapi aku ragu, tidak akan ada banyak gerakan, benda ini besar, dan setelah diasah tadi benda ini jadi sangat tajam. 

"oo.. ini sudah terlalu lama.." Setelah basuhan-basuhan dan lamunan yang terjadi, dia memutuskan untuk berhenti. Berhenti.. untuk beberapa hal ia tidak mau berhenti. Tak pernah ia merasa salah, memang, di masa kuliahnya ia dicap sebagai orang yang arogan dan tidak punya perasaan. Ia berbeda, Ia pikir itu adalah nilai tambah yang telah didapat olehnya. Tapi, orang-orang di sekitarnya menanggapi dengan cara yang berbeda, cara yang tidak diharapkannya.
Dan di luar, keramaian telah datang dan menjadi.

"Lapor, tim buru-sergap sudah bersiaga di area rumah pelaku. Kita bisa melakukan ini kapan saja."
"Baik, tetap di tempat, tunggu aba-aba dari pusat komando. target, menurut pengamatan kamera tersembunyi, sedang berada di kamar mandi, dan ini belum mencapai kondisi yang menguntungkan. Ia bisa lari lagi melalui pintu belakang yang ada di dekatnya nanti."
"Siap laksanakan. Ijin, kembali ke lapangan."
"oke, kembali ke lapangan. hmmh..." Kapten merasa begitu frustrasi dan lelah, padahal jika diamati dengan usaha yang ada, targetnya tidak akan lari. tidak bisa. Hal lain, mungkin, yang telah membuatnya.
"Maaf pak, bukan maksud untuk mengganggu, tapi anda sebaiknya tenang. kita pasti berhasil kali ini." sela seorang anggota.
"Iya, saya mencoba untuk tenang saat ini. Hanya saja, saya tidak percaya semua yang telah terjadi, baik apa yang kita lakukan atau yang ia lakukan."
"Maksud anda?"
"Kau anggota baru ya.. hmmh, kau tahu, ini sudah 7 tahun dan sudah 10 kali percobaan penangkapannya gagal karena banyak alasan dan sebab yang penting dan tidak penting. iti satu.." ia berhenti untuk menghela.
"dan.. yang ke dua?"
"Ulah target kita ini.. 5 tahun yang lalu, bukti di tempat kejadian menunjukkan Jane Iker-Andriana dipukul menggunakan godam pemecah batu, tepat ketika ia sedang berdiri di bibir anak tangga di lantai 3, tempat apartemennya. Lalu, menurut keterangan orang-orang yang kenal dengan korban ke sembilan kita, target kita adalah teman dekat korban sendiri, dan.. Ia memenggal kepala korban saat ia tertidur tepat di leher hingga putus seutuhnya, kau tidak tahu seberapa benyak noda darah merah yang tertinggal di TKP."
"Astaga.. apa masalah pelaku ini sebenarnya?"
"psikopat, jika kau bertanya padaku."
"Apa buktinya?"
"Di tempat ia tinggal sekarang, residen yang menempati rumah di seputar tempat tinggal korban sering mendengar lolongan, gonggongan, pokonya segala bentuk ekspresi suara hewan yang tidak biasa dari rumah korban. dan kau tahu yang menyebabkannya? Hewan yang ia miliki diperlakukan secara sangat tidak wajar. menurut salah satu anak dari salah satu rumah di seputar rumah korban, yang berhasil menyusup dan beruntung keluar dari sana hidup-hidup, ia melihat ular yang diputar, setelah dijeput kedua ujungnya, dengan alat mekanis yang membuat ular tersebut menahan sakit sampai mati karena semua struktur tubuhnya hancur.."
"Ya Tuhan..."
"itu belum semuanya, bocah itu juga mengatakan anjing yang keempat kakinya dijepit menggunakan dua jerat beruang, dan biarkan melolong, menggonggong menahan sakit dari keempat kaki yang berdarah dan hampir, menuju, putus. dan seingatku, kucing.."
"Kenapa dengan kucing yang ia miliki?"
"Ia menggantungnya."
"Lalu...?"
"bukan lalu, tapi ia biarkan bagian dari dada hingga bagian abdomen kucing itu terbuka, selagi kucing itu berjuang untuk hidup.."

Di tengah keheningan yang terjadi sesaat setelah semua dialog itu selesai. derap langkah kaki, cepat, datang memasuki tenda pos kamando tempat sang kapten berbagi cerita dengan salah satu anggotanya. Ia menyetujui saran dan memberikan perintah kepada sang pemilik derap langkah kaki tersebut. dari tenda, ia dapat mendengar semua kejadiannya
BUM!! (suara pintu terdobrak oleh kaki yang kuat menghentak)
"JANGAN BERGERAK! ANDA KAMI TAHAN!"
lalu.. terdengar suara riuh dari pistol otomatis yang tdak ada dalam peralatan anggota. "AKU TERTEMBAK! AKU TERTEMBAK!" seorang anggota tumbang, 5 peluru bersarang di perutnya. Sang kapten mulai makin tidak tenang. Ia hampir melihat kegagalan. Ia tahu, pada saat ini, dengan pistol otomatis yang targetnya miliki, anggotanya tidak bisa maju kemana-mana.
"KALIAN ANAK-ANAK SETAN!! MATI KALIAN SEMUA! AKU PEDANG YANG DIHUNUSKAN TUHAN UNTUK MEMBINASAKAN KALIAN SEMUA! HAAAAAAAAAAAAHAHAHAHA!!!! MATI KALIAN! MATIIIIIIIIIIII!! KALIAN SUKA AKU BEGINI? HAH?! KALIAN MAU MENJAUHI AKU LEBIH JAUH LAGI?! MATI SAJA KALIAAAAAAAAN!!"
"(duar!)  (brug...)" 

Minggu, 2 Maret 2013.
Seorang blogger menanggapi kejadian yang tidak biasa di blognya, mengenai seorang psikopat yang telah membunuh hampir 20 orang yang akhirnya mati karena tembakan ke kepala yang ditembakkan seorang kapten yang seharusnya hanya mengomandoi saja dari sebuah headline dan berita yang ia baca pagi itu.

Selasa, 29 November 2011

Visiting the Shadow

Today is Friday, Today i write these whole thing down deep in my mind. Today, this afternoon i watch my wrist watch showing one past thirty minutes, time to go. I learn so much, we learn so much knowledge, science and literature.. Everything! Today. Those rythmic and melodic pattern that always amuse me with the tunes and scales and even genres which i always love. People, college mates who always surounds me everyday, doesn't make me a person i want. I never call them useless, because it is me the one who is useless, can't elaborate and make any manifestations out of them. Once again, i made my teeth rattling, colliding them. As the rhytmic and melodic which i already explain before, become more intense, denser, and deeper, inside my head. Deep in those brain nerve, which distributing the pulse for activity. 
I have some perception. One which can be use for anyone who needs it. I think it's okay to do what everyone seldom, even never do. As long as we are safe from what they say and we have enough courage and confidence to make it true, to cut through every wrong perception. What's wrong with abnormality? It is still a normal if one try to ask it to me. But, it lives, it moves, it runs its routine deep under. As a secret that everyone never knew.
All those things i say and explain will lead to this: my daily routine to visiting the shadow. Yes, it has its name, its name is The Shadow. And to be correct, it is "his" not "its". He is the entity i always visit when i have ideas which i can't share it to anyone because one may think it's not important to talk about. I like him, i am already believe him as my twins, a silent twins. Silent is the thing that i love from him. With the presence of Silent inside of him i can talk anything whether it's important or not. I don't need him to reply everything i said, all i want is a place where i can pour my ideas, my problems, my perception et cetera. Sometimes i feel i'm mad, i'm already mad by keeping this routine since i sit in elementary school. Even i am already feel the embarassment by keeping this routine in junior highschool. She said "Are you talking to yourself?", i replied "No, i was singing." And the smile of satan, the smile of disbelive incurve on her face. Everybody won't know the truth about my "distinctive" routine. To understand this, i reccomend somebody to live inside me for a week.
On my routine to visiting the shadow, i always had a nice conversation with him. once again it is because  the silent which lives inside him. I talk, i share almost everything to him. the topic i seldom, but i always talked to him is about my past. the past story that i love to share is when i live as an elementary student. it is so grateful when i imagine the sun awhich makes my former living smile, the grass shining, the people inside the living laughing and playing together without any boundaries. The fields that always unite us in happiness and clarity. I remembered those scene, the shadow just listening to me without complaining. But, somehow, sometimes i feel that he response my act, silently without voices. it is like his ideas, his replies goes straight to my mind and effectively amuse me, somehow. I also tell him about the problem i have with my life. The problem i face when someone calls me as a junkie well, my appearnce in their shallow minds which makes their perspective wrong and.. ABNORMAL. When i fell in love with that girl but, i can't move on, i can't make a single move, i am inconfident to go straight at one's heart. Those problems they have their own solution, solution that comes from the shadow's "telepathic" skill to shot and penetrates my abstract side in my brain. Until now, i don't know what the shadow is, who is the shadow? i guess i only have a hipothesis that the shadow is an entity which lives inside one individual and together, the individual and their shadow live, having life experiences as one. Whether he or she aware or not aware his or her shadow.
Someday, as always i visit my shadow again. And i'm very surprise he's not responding all of my words i said to him, at that time i feel empty, there's no one there except me. I can't call him out. I never call him. he came as soon as i came. And another peculiar thing is i didn't notice it, the lost of his presence when i start to talk. I notice that he isn't there in the middle of my speech..
It's been a month since the silent, the real silent of the shadow. I don't know what caused it, as long as i remember i never dissmissed him because i can't. Dissmissing him is as the same as dissmissing my soul out from my fragile body. It's Friday again, I watch my wrist watch again, i'm standing in front of a miror in my room. I'm not praising myself, i'm not adoring myself as Narcissus did. I just.. stare at my reflection in the miror, observing the face. My observation is getting intense. I looked at my own eye, still in the same distance i watch my wrist watch. Then, that feeling come out. Like a flash of a lightning, i almost can't see it, a transition is happening inside of me. What i found next is it's getting dark, the room it's now unseen. Sinking by the darkness. Those occurence happen like a pass out or maybe drowse to fall out. I feel myself awake, but bizzarly i still standing in the same position before the blackout happens. But, all i can do is seeing, i can't move my hand, i can't everything even rolling my eyes! what happens next is a dialogue..
"how does it feel to be alive? alive in the real world?." a voice coming from nowhere, as if it is asking me
"how does it feel, when you can speak, you can hear, and you can touch something?"
"what do you mean?" a blessing for talking has gifted to me
"answer me, me the one who stay alive, me the one who stay dormant inside one's life."
(it's come like a revelation, the one who talked is him)
"answer me.."
"is that you? is that really you?"
"I'm the one, the entity whose lived inside one soul..",... "I shall not transfere to, i shall not pass through.."
(he.. he can't hear me.. even though i can hear my own..)
"you can not talk? then what's that mouth you have? you have friends, why you always come? i should be alone, i should have no friends, i should not talk to you again" "what? you still need me, how is that supposed to be? you always run, run to me, hide before my back.. the fragile soul, the lost one, the lone one.. forever? you can't.."
After that dialogue, the last one.. the shadow never "speak" to me again. I'm already too much run, run towards him, The Shadow, my self, my hideout.



Kamis, 20 Oktober 2011

Silvia

     Aku sedang di bar saat itu. Bar yang sama setiap saat aku membuang waktu di malam hari. Malam itu dingin, gelap dan dingin. Entah sudah berapa liter bir yang sudah masuk melewati tenggorokan ini, tapi semuanya belum berakhir. Besok semuanya akan terulang, semua suara ketukan jari yang tiada henti menghantam keyboard, telpon yang mendering bergaung dan semuanya akan berakhir di sini. di dalam klub yang biasa menerima orang "pelarian" dari dunia.
     Sama seperti kemarin, malam ini tak ada bedanya. Jalanan yang suram, jalanan yang lesu, tambah kaku karna cahya lampu di sisi jalan keras sekeras batu. Suhu yang membeku, menembus sampai hati sampai berasa dunia ini mau mati. Aku tidak tahu lagi harus apa, aku ingin menjadi pecundang malam ini. Pecundang yang lari dari dunia nyata ke alam mimpi.
     Gelas pertama sudah berisi, tidak langsung aku bawa masuk mulut. Aku amati dulu. Sisi-sisi gelas berair, buih melayang seperti awan di permukaan, sedang cairan di bawahnya bersinar keemasan seperti lautan emas. Oh Tuhan! apa aku sudah gila? Aku mengamati segelas BIR! Dan serta membayangkan ada dunia, tempat hunian yang lebih baik di sana. seperti surga. Tapi nyatanya surga tidak datang dalam segelas bir malam itu.
     Saat aku meneruskan gelas selanjutnya, pintu bar berderik. Aku tak menghiraukan itu. Suara hentakan alas kaki orang yang masuk itu mengisyaratkan kalau ia adalah seorang wanita. Dari nada hentakan high heels yang tinggi. Sama seperti kau mendengar ketukan orang di pintu rumahmu dengan tulang di pangkal jari.  Sampai aku mengetahui siapa yang masuk pun aku tidak peduli, aku hanya mau mabuk malam ini dan pulang dengan sakit kepala-mungkin sampai isi perutku keluar di tengah jalan pulang. Ya kalau aku tidak salah masuk rumah. Ada wanita duduk di arah jam 1 dariku. Ah, mungkin itu wanita yang tadi masuk. Dia berdandan casual.. ya sedikit. Dress hitam menutupi atas dada sampai ke lututnya, gelang hitam-kira-kira 3 buah melingkar di tangan kanannya-tangan kirinya kosong. Riasannya tidak begitu berlebihan, hiasan hitam melingkar di kedua matanya, wajah yang tidak ditutupi bedak yang terlalu tebal, lalu... rambutnya yang bergelombang panjang sampai pinggang, kulitnya yang putih, serta wajah dengan formasi tolang yang ada padanya begitu sempurna.. membuatnya seperti.. APA? apa aku baru saja memujinya dalam kepala? apa akau sudah mabuk? Ah sudahlah. Dia berbicara dengan seorang, dari sini aku bisa mendengar suaranya. sedikit tebal.. namun, tebal yang manis, yang anggun. Baiklah, aku tertarik padanya. Pria yang di sampingnya mabuk, mulai menggapai setiap inci punggungnya. Saat tangannya diatas pinggul, wanita itu melepaskannya. Dia bukan wanita yang kotor aku bisa lihat itu. Dia bukan wanita pencari hal pemuas hasrat dengan mengobral setiap bagian tubuhnya kepada dunia. Dia tidak akan membiarkan tangan sekotor apapun menyentuh dirinya. Dia ingin tetap bersih.
     ayo.. nona. ya, kamu.. kamu yang disana. aku ingin kau duduk di sini, di sampingku. kursi ini masih dingin, ditinggalkan sejak tiga jam yang lalu.. ya, aku baru melihatmu, begitu juga sebaliknya. jadi, maukah kau menemaniku sampai habis malam ini? menemaniku melewati segala kepasrahan hidup yang terlalu lurus, tapi saat kamu tiba di satu bagiannya kamu bisa jatuh ke jurang kehidupan juga dn terpuruk?. nona, kalau aku boleh memanggilmu demikian.. kamu menguatkanku untuk sesaat.. apa aku terlalu berlebihan jika aku berkata aku mengagumimu? kamu adalah mawar putih di tengah sahara menurutku.. apakah aku berlebihan berkata seperti ini di pertemuan pertama kita? jawab! dengarkan aku, mendekatlah. aku tak akan pernah mengetahuimu dengan terus seperti ini...
     Sial.. mulai terasa. Berputar.. putar.. putar.. ketika aku duduk tenang di sini sambil tertunduk. Ya George! aku ingat itu hahaha .. bagaimana bos kita yang "pintar" itu membuat sistem komputer di kantor kita rusak untuk seminggu setelah sisa cerutunya ia tinggalkan di ruang motherboard ketika di mengawasi kerjaan teknisi. hahaha semuanya terbakar mampus! terima kasih juga buat cairan.. apalah itu seperti metanol. hahaha! Arrgh! Ayolah euforia, hilang! kau menggannguku, aku dan waktuku untuknya... Kau tahu Stephen? Betty sangat mabuk sampai mengira sigung piaraanmu adalah kelinci! hahaha dan parahnya, ciuman Betty ke mulut piaraanmu itu ditangkap seperti sebuah ancaman dan.. dan.. hahahaha! Arrgh! ayo kuatkan dirimu, jangan mabuk dulu!
     Aku kembali mengumpulkan kesadaranku, semua akal sehat dan insting. Aku hanya bisa melihat, tak bisa berbincang saling mengucap kata dan kalimat dengannnya. Aku tak bisa, sudah ada seseorang dekat dengan.. di atas kulitnya yang terlihat putih di bawah malam yang gelap. Lalu ada teriakan keluar dari mulutnya. Rupanya mekanisme pertahanan dirinya untuk menjaganya menjadi kotor  membuat orang yang tadi menggapai setiap inci kulit di tubuhnya kesal dan melemparkan tangannya pada pipinya.
     Dia keluar, berlari ke arah pintu bar. Aku yang dari tadi terdiam dengan gerakan yang tidk mampu ku kendalikan mendekat berlari menyusulnya. Tapi terlambat, di bawah malam, di pijakan kaki kota ini ia menjauh.. mulai hilang. Aku sebut, ' Silvia, maafkan aku yang terlalu banyak berkata-kata. apakah semua yang aku lakukan ini sudah cukup? Kalau kau yang memulai semuanya, kenapa kau tidak membuatnya berhenti silvia? Apa? Kau juga tidak tahu? maafkan aku yang diam, maafkan aku yang duduk saja. Tidak turun.. masuk ke dalam duniamu dan berbicara. Silvia.'

terinspirasi dari lagu Silvia oleh Miike Snow

Jumat, 16 September 2011

Suatu senja di jembatan lima

     Memori adalah sesuatu yang unik, juga abstrak.Hanya bisa dimengerti oleh seseorang yang memilikinya. Karena itu sangat spesifik. Sama seperti saat ini, ia berputar di dalam kepala seorang pria 45 tahun, tegap, berani, dan berapi-api. 
     Senja itu ia berdiri memandang ke arah utara dimana nelayan dan kapal dagang keluar-masuk zona pelabuhan ibu kota. Sesekali memutar kepala hingga beberapa derajat untuk melihat sekitar. Pemandangan dia atas Jembatan Lima ini mengagumkannya. Ini wajar karena tempat ini jauh dari kampung halaman serta tempat tinggalnya. " Ayo, sudah saatnya." seorang pria-seorang teman mendekat kepadanya berkata."Tolong, beri saya waktu sebentar lagi. Saya suka berlama-lama di sini.. sebentar saja" timpal pria itu."oke, 15 menit lagi..". 15 menit baginya lebih dari cukup untuk memutar kembali cakram memori di dalam kepalanya. Menghibur dengan melupakan segala jenuh dalam hatinya sesaat. putaran pertama mengingatkannya saat ia masih kecil dulu, dimana yang ia pikirkan saat itu hanyalah petak umpet, perang-perangan dengan meriam karbit, dan acara masak-masak dengan anak tetangga sebelah. oh iya, menu waktu itu yang sangat ia ingat adalah tumis sayur mi kriting kuning. Ehm sebentar, memang itu yang selalu jadi menu masak-masak saat itu! Lanjut lagi, ia juga ingat bandelnya ia ketika dengan cerobohnya mengayuh sepeda menuruni satu bukit terjal. Meninggalkan anak-anak lainnya--teman-temannya layaknya pembalap profesional. Tapi euforia itu terhenti seketika oleh sebuah pohon beringin tua di ujung garis akhir, di kaki bukit. Ingatnya lagi esoknya dukun di kampung halamannya bilang "pak, anak bapak kakinya patah cukup parah dengan bantuan sang hyang bla bla bla dan bla bla bla saya sudah membetulkannya kembali" pada ayahnya, ya ia tidak suka animisme-dinamisme orthodoks.
      Suatu hari di masa lampau, ayahnya berkata kepadanya "Kamu itu laki-laki, laki-laki harus berani. Karena laki-laki harus melindungi perempuan dan orang-orang lemah yang tertindas, intinya sebagai laki-laki kamu harus baik, berani dan bijaksana. selain itu terserah apa mau mu, itu hanya dasar-dasar bagaimana seorang laki-laki harus seperti apa. Seterusnya, bapak cuma mau kamu menjadi kamu apa adanya dengan tetap membawa nilai baik yang berlaku nak.". Hmmh, sangat nostalgis kata-kata beliau. Sampai membuat pia 45 tahun terus mengingatnya.. sampai masuk liang lahat. "Wah, besarnya.." ucapnya ketika sebuah perahu nelayan melintas di bawahnya dengan muatan seekor ikan Marlin biru. "Kheh.. aku ingin sekali, selalu ingin ke laut. melawan badai dan bergulat dengan ikan selalu terlihat menyenangkan.." ingatnya akan impiannya dulu. Impian bertarung di laut pupus, ketika orang-orang berkulit pucat, tinggi lagi tegap menyambangi pesisir utara.
     Mereka datang seperti karma. Seperti sebuah pembalasan keji atas perlakuan buruk seorang manusia terhadapa apa-apa yang ada di sekitarnya. Hanya saja, mereka adalah karma kosong. kami, Pribumi, tidak ada dosa satu biji pun kepada orang-orang kulit pucat itu. Tetapi, satu dekade mereka di tanah pertiwi. Mereka memakan semuanya, habis! sampai mati. Kerja paksa dan tanpa upah satu logam pun tak ada. sudah warna kulit tak ada, mereka juga tak ada rasa kemanusiaannya. hingga suatu hari tiba, ketika anak seorang petani menghunus parang melewati lambung sampai tembus terus ke punggung mandor dari kaum pucat itu. Terlihatlah jelas. Api perlawanan mulai membara.
     Pria 45 tahun lalu bergabung ke dalam bala tentara membela negara, mengusir penjajah yang meradang di seantero nusantara. Seluruh nadi hingga sendi dalam raganya telah terisi oleh bara keberanian untuk sebuah perjuangan. sebuah perlawanan. "Dengar! mereka terpuruk di barisan depan dan terus terpukul mundur oleh sodara-sodara kita yang terus maju melawan tanpa mundur!" pekikan komandan divisi menggaung."Tugas kita sekarang adalah menghabisi anjing-anjing dan serigala yang membantu mereka memiliki kesempatan merebut kembali apa  yang sodara-sodara kita ambil, sebagian Tanah Air!" pekiknya lagi seraya membuat teman seperjuangannya tak henti memanas untuk membela negara. Lalu sampailah pria 45 tahun, bersama tentara satu divisi di sebuah pos penjajah yang bersiap memberi serangan balik atas apa yang dilakukan para pejuang yang lain. Keadaan sangat mencekam, mereka melihat dari jauh mengamati gerak-gerik lawan sampai menemukan celah untuk menyerang. Dengan satu aba-aba serempak mereka maju memberi serangan kejutan pada lawan. Tembakan dan ledaka terus terdengar di mana-mana, di tempat yang bisa saja ia meregang nyawa. Karena peluru yang menembus lewat kepala atau ledakan granat yang menghancurkan semua yang ada di tubuhnya. Ia berada di tempat berlindung sekarang, dibalik sebuah kendaraan lapis baja. dari sana ia bisa melihat teman-temannya berjatuhan. Serangan ini adalah kesia-siaan saja! bersama tiga tentara lainnya ia berlari menjauh dari zona perang. Dan ketika berbalik ia melihat teman-teman yang tadi besamanya tumbang di cabut oleh peluru nyawanya.
     Dan akhirnya, di sinilah dia, Pria 45 tahun yang tegap, berani dan berapi-api berdiri memandang ke utara sambil mengingat memori-memorinya. Semua yang ia lihat dari sini. Dari Jembatan Lima akan melengkapi semuanya, semua memorinya."baiklah, aku siap sekarang" kata pria itu kepada temannya yang 15 menit lalu mengajaknya. Hari itu pria itu membulatkan tekad dan berusaha mematuhi nilai yang sudah di doktrinkan kepadanya melalui mulut seorang yang berjiw besar, ayahnya. Mentalnya siap, keinginanya teguh. Tidak, ia tidak bisa mundur sekarang. Pilihannya hari ini hanya satu, terus maju! Dari kejauhan ia masih bisa mengingat sebagian wajah pucat yang menembaki teman-temannya tentara nusantara waktu serangan itu. Kedok penjajah yang ia dan temannya pakai berhasil menipu orang-orang pucat yang berkeliaran di pos yang ia serang waktu itu. Targetnya jelas, gudang senjata dan mesiu. Ia seperti bom berjalan lantang menuju tempat itu. "Ini mudah" katanya. "Satu 'klik' akan membereskan semuanya". Pria 45 tahun mempercepat langkahnya setelah tahu eksistensinya yang membahayakan terendus oleh beberapa tentara penjajah. dia lari, sedikit melompat, semua memori kehidupannya di masa lampau melintas dengan cepat secepat api yang meletup dari sekujur tubuhnya sesaat setelah terdengar bunyi 'klik!'.seketika itu juga asap hitam mengepul dari kejauhan. orang-orang yang datang ketempat kejadian melihat pemandangan yang mengerikan. Tubuh dimana-mana, kebannyakan dengan kondisi dimana sebagaian bagian tubuh manusia telah lepas dari tempatnya. Bau amis-bau kematian memenuhi udara. pengap!
    
    

Selasa, 28 Juni 2011

"Selamatkan Aku"

"...Haruskah semua yang dulu t'lah datang, pergi dan menghilang. Ku terus bertanya, engkau dimana? Mungkinkah sekarang seorang kan datang temani diriku. sebelum terlambat selamatkan aku..."


       Itulah sepenggal lirik lagu dari bagian reff  "Selamatkan aku" yang dibawakan oleh grup punk rock Endank Soekamti yang dalam sehari mungkin aku dengarkan sampai lima kali, bahkan lebih. Grup punk rock bisa membuat lagu yang liriknya demikian? Tentu saja, Kenapa tidak? Entah kenapa tiba-tiba lagu itu jadi lagu favoritku yang aku dengarkan lewat mp3player-made in china seharga Rp.200,000 saja di pusat perdagangan elektronik Glodok. Mungkin, perasaanku dan aku sendiri sedang mengalami hal yang sama seperti yang terjadi di dalam lagu tersebut. Jujur, aku bukan penggila musik dan tidak tahu banyak soal dunia musik. Asalkan suatu lagu yang aku dengarkan itu enak didengar maka aku akan menyukainya, sesederhana itulah aku menyukai musik. Tapi, aku seolah-olah tahu apa yang dibicarakan lewat lagu "Selamatkan Aku" ini. Lagu ini menceritakan seseorang yang membayangkan seseorang yang ia cintai ketika orang itu tidak ada dan dia, orang yang sedang memikirkannya sedang merasa kesepian. Didalam kesepiannya itu, kesepian tanpa orang yang dikasihinya tersebut orang ini mulai berpikir dan mulai ragu apakah orang yang dicintainya selama ini akan pergi meninggalkannya setelah dulu ia datang ke kehidupannya. Saking orang itu memikirkan kekasihnya ia berandai-andai dimana dirinya sekarang? Dimana aku juga dapat merasakan ada pertanyaan tambahan yang tersisrat didalamnya. "Kamu sekarang berada dimana? Kenapa kamu tidak bersamaku disini? Aku sendirian disini karena disini tidak ada dirimu." kira-kira itulah yang menurutku pertanyaan yang tersiratnya. 
       Mungkin aku akan dibilang sok tau oleh para personel Endank Soekamti karena berani mengartikan arti lagu mereka seperti itu, tapi itulah arti menurutku dalam keadaanku yang "sebelas-duabelas" dengan keadaan yang terjadi dalam lagu tersebut. Sudah setahun aku tidak menjomblo lagi mungkin, setahun lebih. Seharusnya aku bangga, bangga seperti orang-orang lain yang melakukan hal yang sama, tapi tidak aku lebih parah dari mereka. Aku bersumpah demi Langit dan bumi sampai aku kesamber petir di siang bolong kalau hanya dialah perempuan yang aku sayangi sebagai pacar atau kekasih. Pada awal-awal hubungan kami semuanya sama seperti di adegan sinetron jaman sekarang, hati berbunga-bunga, kemanapun selalu ingat dia, dan tiap komunikasi yang kami lakukan penuh canda-tawa. Tapi seperti kita makan, kenikmatan makan di awal lebih nikmat daripada di akhir karena di awal kita masih lapar dan seiring kita menelan makanan demi makanan kita akan semakin terisi dan rasa kenyang membuat kenikmatan makan berangsur hilang. Kali ini aku mungkin sedang dalam fase hampir kenyang. Semakin kemari aku lebih merasakan kesepian aku tidak tahu kemana semua canda-tawa itu pergi. Bagaimanapun aku tidak bisa berpisah dengannya aku sudah seperti pecandu heroin yang sudah terlanjur ketagihan oleh barang haram tersebut. Hmmmh... Astaga, sekarang aku seperti seorang gadis kecil cengeng yang merindukan kuda poni tunggangannya di taman ria.
       Sudahlah, aku seharusnya tidak terlalu memikirkan semua ini, semua masalah ini hanya sampah yang mengendap setelah membusuk di dalam kepalaku. Aku akan mencoba tidak peduli.. atau berpura-pura tidak peduli mungkin? Aku bersumpah aku masih mencintai orang itu, perempuanku. Aku harus meregang sejenak dan menyerahkan semua masalah ini kepada waktu biar ia yang meneruskan jalan ceritanya. Aku tidak tahu apakah ia akan tahu, tapi jika seandainya saat ini aku sedang bertatap muka dengannya. Aku akan menatap matanya tajam dan mendalam seraya berkata kepadanya seperti kalimat terakhir dalam reff lagu itu: "Sebelum terlambat... SELAMATKAN AKU!."