Jumat, 22 Februari 2013

Aku dan Bayanganmu

Aku terbangun bersama bayanganmu di dekapanku
Ia dingin.
Tidak seperti kamu
Hal yang paling aku nantikan di peraduan.

Aku makan bersama si bayangan.
Tak pernah aku lupa kau pergi meninggalkan senyuman
Namun, tepat di hadapanku
Si bayangan menatapku dengan penuh penghakiman.

Aku berjalan bersama dua bayangan.
Orang-orang menatapku aneh
Ada tatapan-tatapan yang tak bisa dijelaskan
bersama ocehan dalam hati tanpa ampun.
Dua bayangan itu bergandengan
Mereka seperti impian yang pernah kita tanggung bersama.
Hidup berdua, dalam dunia kita
Tanpa ada yang mengadili pun menghakimi
Di kehidupan itu kita bebas seperti mereka,
Dua bayangan yang selalu dinaungi matahari.
Dan tak pernah ada siapapun lagi.

Di hadapan layar perak aku termenung.
Itu saat ketika aku sedang ceria, tahu akan menulis apa
Tapi ia disana. Memelukku.
Membawa dingin dan sedih serta pilu
Aku tak bisa menulis lagi.

Aku tidur bersama bayangan
Dia menciumku.
Membangkitkanku masa laluku bersamamu..

Kenapa kau lakukan itu? 
Apa?
Kau tidak jujur kepadaku
Tentang kita dan tentang aku.

Aku tidak mengerti..
Aku selalu berusaha menjadi impianmu.
Pria yang lahir dari keinginanmu yang dikabulkan peri
Aku harus bagaimana lagi?

Aku hanya ingin kau menjadi dirimu sendiri
Aku mau, zaman takkan mengubahmu

AKU TIDAK MENGERTI!
apa maumu?
Aku tetap menjadi diri ini sendiri!
Aku berusaha menjadi yang terbaik untukmu..

Itu masalahmu.
Ketika kau membuat dirimu diatas lainnya dirimu.
Kau telah bersamanya menguburku.
Kau takkan bisa melihat aku

Pagi ini aku terbangun tanpa bayanganmu.
Tapi hatiku dingin
dan liter demi liter darah dalam tubuh ini
membeku bersamanya.
Aku seperti bangkit dari kehidupan.
Ya, saat ini aku seperti mati.

Tak ada lagi penghakiman
beserta dingin yang menusuk bersamanya.
Tak ada lagi mimpi pupus yang aku sesali
hanya untuk menjalani hari demi hari.
Bayangnmu telah mati.

Tapi..
Apa ini?
Adalah jiwaku yang tersesat dalam sebuah labirin.
LABIRIN..
tersesat hilang aku.
Dalam wajah-wajahku yang lain.