Jumat, 23 September 2011

Brengsek (ocehan-omong kosong)

     Egois, orang mulai tidak memikirkan orang lain di sekitar mereka. mau mereka miskin, terluka, atau sesederhana orang yang meminta menyebrang jalan di jalanan orang mulai tidak peduli dengan itu. Persetan! yang penting urusan ku selesai! katanya..
     Omong kosong dan basa-basi mudah muncul dan diyakini. mulai dari kotoran kucing yang berasa coklat ketika orang jatuh cinta (omong kosong!) sampai sumpah pocong (omong kosong!). Orang-orang harusny sadar, bangun! ini sudah abad 21 masih mereka memikirkan hal tabu berbau mistis. Dimana kalau ada hal ganjil seperti anak kecil yang bisa menyembuhkan orang pake tangannya langsung di dewa-dewa kan. Omong kosong! itu adalah kuasa Tuhan, sang Pencipta. Jangan kamu punya messiah lain selain yang di sebutkan oleh agamamu. Itu penyimpangan.
     Hidup orang bisa hancur pula karena omong kosong. Pacaran? itu omong kosong! kau jadi punya tanggung jawab untuk menjaga perasaan orang lain, yang bagi sebagian itu adalah hal yang terhormat dan bagi sebagian lain itu adalah bebaan berat. ya, orang yang di sebelahmu, yang kamu pacari adalah omong kosong! kamu tak sadar kenapa Tuhanmu melarang dan tidak pernah mengadaka atau mewahyukan pacaran? selain itu bisa menimbulkan hal yang merusak nilai agama di masyarakat. Hal itu bisa merusak dirimu sendiri. Kamu jadi sering mengalami patah hati, takut kehilangan, dan hal payah lainnya. Love sucks? yes, sometimes!
     Lalu tentang mereka. sampah masyarakat, kotoran kuda yang dapat melaju hinga 60mil per jam di ramainya jalanan. mereka pikir siapa mereka? mereka pikir ada dimana hah?! Goblok! kalian semua bukan apa-apa! Dasar Racer wannabe! kenapa kalian tidak terjungkal saja karena ngerem ndadak?! atau nyium bodi mobil orang dengan kecepatan 60mil per jam di by pass?! kenapa kalian tidak menderita saja karena kecelakaan buat menyadarkan kalian itu siapa sebenarnya? Sadarlah! sebelum mati.
     Senyum adalah kedok terbaik, itulah yang kamu pakai kalau bermasalah, cek-cok sama saya. Begitu juga mereka orang-orang tinggi. pejabat-pejabat rongsok! otak penuh uang! film porno waktu sidang! nyeringa-nyeringai . Sana! tiap pagi masuk Mercedes! yang E atau S. Mencet-mencet buah berry buat ngasih informasi tabu. Kalian kerja apa hah?! bisanya tidur ndengkur di "ruang rapat nan terhormat" apalagi kalo pak pemimpin pidato, dongeng buat anggota dewan dari sang kakek pujaan! Oo.. pak pimpinan mau naik gaji? ngaca pak, liat keluar jendela. rakyat makan apa.. nasi aking, pisang busuk dari bantar gebang, atau bangkai tikus siap saji.
     semua omelan ini percuma. aku juga sama, seperti kalian. oia, namaku adalah brengsek.

Jumat, 16 September 2011

Suatu senja di jembatan lima

     Memori adalah sesuatu yang unik, juga abstrak.Hanya bisa dimengerti oleh seseorang yang memilikinya. Karena itu sangat spesifik. Sama seperti saat ini, ia berputar di dalam kepala seorang pria 45 tahun, tegap, berani, dan berapi-api. 
     Senja itu ia berdiri memandang ke arah utara dimana nelayan dan kapal dagang keluar-masuk zona pelabuhan ibu kota. Sesekali memutar kepala hingga beberapa derajat untuk melihat sekitar. Pemandangan dia atas Jembatan Lima ini mengagumkannya. Ini wajar karena tempat ini jauh dari kampung halaman serta tempat tinggalnya. " Ayo, sudah saatnya." seorang pria-seorang teman mendekat kepadanya berkata."Tolong, beri saya waktu sebentar lagi. Saya suka berlama-lama di sini.. sebentar saja" timpal pria itu."oke, 15 menit lagi..". 15 menit baginya lebih dari cukup untuk memutar kembali cakram memori di dalam kepalanya. Menghibur dengan melupakan segala jenuh dalam hatinya sesaat. putaran pertama mengingatkannya saat ia masih kecil dulu, dimana yang ia pikirkan saat itu hanyalah petak umpet, perang-perangan dengan meriam karbit, dan acara masak-masak dengan anak tetangga sebelah. oh iya, menu waktu itu yang sangat ia ingat adalah tumis sayur mi kriting kuning. Ehm sebentar, memang itu yang selalu jadi menu masak-masak saat itu! Lanjut lagi, ia juga ingat bandelnya ia ketika dengan cerobohnya mengayuh sepeda menuruni satu bukit terjal. Meninggalkan anak-anak lainnya--teman-temannya layaknya pembalap profesional. Tapi euforia itu terhenti seketika oleh sebuah pohon beringin tua di ujung garis akhir, di kaki bukit. Ingatnya lagi esoknya dukun di kampung halamannya bilang "pak, anak bapak kakinya patah cukup parah dengan bantuan sang hyang bla bla bla dan bla bla bla saya sudah membetulkannya kembali" pada ayahnya, ya ia tidak suka animisme-dinamisme orthodoks.
      Suatu hari di masa lampau, ayahnya berkata kepadanya "Kamu itu laki-laki, laki-laki harus berani. Karena laki-laki harus melindungi perempuan dan orang-orang lemah yang tertindas, intinya sebagai laki-laki kamu harus baik, berani dan bijaksana. selain itu terserah apa mau mu, itu hanya dasar-dasar bagaimana seorang laki-laki harus seperti apa. Seterusnya, bapak cuma mau kamu menjadi kamu apa adanya dengan tetap membawa nilai baik yang berlaku nak.". Hmmh, sangat nostalgis kata-kata beliau. Sampai membuat pia 45 tahun terus mengingatnya.. sampai masuk liang lahat. "Wah, besarnya.." ucapnya ketika sebuah perahu nelayan melintas di bawahnya dengan muatan seekor ikan Marlin biru. "Kheh.. aku ingin sekali, selalu ingin ke laut. melawan badai dan bergulat dengan ikan selalu terlihat menyenangkan.." ingatnya akan impiannya dulu. Impian bertarung di laut pupus, ketika orang-orang berkulit pucat, tinggi lagi tegap menyambangi pesisir utara.
     Mereka datang seperti karma. Seperti sebuah pembalasan keji atas perlakuan buruk seorang manusia terhadapa apa-apa yang ada di sekitarnya. Hanya saja, mereka adalah karma kosong. kami, Pribumi, tidak ada dosa satu biji pun kepada orang-orang kulit pucat itu. Tetapi, satu dekade mereka di tanah pertiwi. Mereka memakan semuanya, habis! sampai mati. Kerja paksa dan tanpa upah satu logam pun tak ada. sudah warna kulit tak ada, mereka juga tak ada rasa kemanusiaannya. hingga suatu hari tiba, ketika anak seorang petani menghunus parang melewati lambung sampai tembus terus ke punggung mandor dari kaum pucat itu. Terlihatlah jelas. Api perlawanan mulai membara.
     Pria 45 tahun lalu bergabung ke dalam bala tentara membela negara, mengusir penjajah yang meradang di seantero nusantara. Seluruh nadi hingga sendi dalam raganya telah terisi oleh bara keberanian untuk sebuah perjuangan. sebuah perlawanan. "Dengar! mereka terpuruk di barisan depan dan terus terpukul mundur oleh sodara-sodara kita yang terus maju melawan tanpa mundur!" pekikan komandan divisi menggaung."Tugas kita sekarang adalah menghabisi anjing-anjing dan serigala yang membantu mereka memiliki kesempatan merebut kembali apa  yang sodara-sodara kita ambil, sebagian Tanah Air!" pekiknya lagi seraya membuat teman seperjuangannya tak henti memanas untuk membela negara. Lalu sampailah pria 45 tahun, bersama tentara satu divisi di sebuah pos penjajah yang bersiap memberi serangan balik atas apa yang dilakukan para pejuang yang lain. Keadaan sangat mencekam, mereka melihat dari jauh mengamati gerak-gerik lawan sampai menemukan celah untuk menyerang. Dengan satu aba-aba serempak mereka maju memberi serangan kejutan pada lawan. Tembakan dan ledaka terus terdengar di mana-mana, di tempat yang bisa saja ia meregang nyawa. Karena peluru yang menembus lewat kepala atau ledakan granat yang menghancurkan semua yang ada di tubuhnya. Ia berada di tempat berlindung sekarang, dibalik sebuah kendaraan lapis baja. dari sana ia bisa melihat teman-temannya berjatuhan. Serangan ini adalah kesia-siaan saja! bersama tiga tentara lainnya ia berlari menjauh dari zona perang. Dan ketika berbalik ia melihat teman-teman yang tadi besamanya tumbang di cabut oleh peluru nyawanya.
     Dan akhirnya, di sinilah dia, Pria 45 tahun yang tegap, berani dan berapi-api berdiri memandang ke utara sambil mengingat memori-memorinya. Semua yang ia lihat dari sini. Dari Jembatan Lima akan melengkapi semuanya, semua memorinya."baiklah, aku siap sekarang" kata pria itu kepada temannya yang 15 menit lalu mengajaknya. Hari itu pria itu membulatkan tekad dan berusaha mematuhi nilai yang sudah di doktrinkan kepadanya melalui mulut seorang yang berjiw besar, ayahnya. Mentalnya siap, keinginanya teguh. Tidak, ia tidak bisa mundur sekarang. Pilihannya hari ini hanya satu, terus maju! Dari kejauhan ia masih bisa mengingat sebagian wajah pucat yang menembaki teman-temannya tentara nusantara waktu serangan itu. Kedok penjajah yang ia dan temannya pakai berhasil menipu orang-orang pucat yang berkeliaran di pos yang ia serang waktu itu. Targetnya jelas, gudang senjata dan mesiu. Ia seperti bom berjalan lantang menuju tempat itu. "Ini mudah" katanya. "Satu 'klik' akan membereskan semuanya". Pria 45 tahun mempercepat langkahnya setelah tahu eksistensinya yang membahayakan terendus oleh beberapa tentara penjajah. dia lari, sedikit melompat, semua memori kehidupannya di masa lampau melintas dengan cepat secepat api yang meletup dari sekujur tubuhnya sesaat setelah terdengar bunyi 'klik!'.seketika itu juga asap hitam mengepul dari kejauhan. orang-orang yang datang ketempat kejadian melihat pemandangan yang mengerikan. Tubuh dimana-mana, kebannyakan dengan kondisi dimana sebagaian bagian tubuh manusia telah lepas dari tempatnya. Bau amis-bau kematian memenuhi udara. pengap!