Selasa, 29 November 2011

Visiting the Shadow

Today is Friday, Today i write these whole thing down deep in my mind. Today, this afternoon i watch my wrist watch showing one past thirty minutes, time to go. I learn so much, we learn so much knowledge, science and literature.. Everything! Today. Those rythmic and melodic pattern that always amuse me with the tunes and scales and even genres which i always love. People, college mates who always surounds me everyday, doesn't make me a person i want. I never call them useless, because it is me the one who is useless, can't elaborate and make any manifestations out of them. Once again, i made my teeth rattling, colliding them. As the rhytmic and melodic which i already explain before, become more intense, denser, and deeper, inside my head. Deep in those brain nerve, which distributing the pulse for activity. 
I have some perception. One which can be use for anyone who needs it. I think it's okay to do what everyone seldom, even never do. As long as we are safe from what they say and we have enough courage and confidence to make it true, to cut through every wrong perception. What's wrong with abnormality? It is still a normal if one try to ask it to me. But, it lives, it moves, it runs its routine deep under. As a secret that everyone never knew.
All those things i say and explain will lead to this: my daily routine to visiting the shadow. Yes, it has its name, its name is The Shadow. And to be correct, it is "his" not "its". He is the entity i always visit when i have ideas which i can't share it to anyone because one may think it's not important to talk about. I like him, i am already believe him as my twins, a silent twins. Silent is the thing that i love from him. With the presence of Silent inside of him i can talk anything whether it's important or not. I don't need him to reply everything i said, all i want is a place where i can pour my ideas, my problems, my perception et cetera. Sometimes i feel i'm mad, i'm already mad by keeping this routine since i sit in elementary school. Even i am already feel the embarassment by keeping this routine in junior highschool. She said "Are you talking to yourself?", i replied "No, i was singing." And the smile of satan, the smile of disbelive incurve on her face. Everybody won't know the truth about my "distinctive" routine. To understand this, i reccomend somebody to live inside me for a week.
On my routine to visiting the shadow, i always had a nice conversation with him. once again it is because  the silent which lives inside him. I talk, i share almost everything to him. the topic i seldom, but i always talked to him is about my past. the past story that i love to share is when i live as an elementary student. it is so grateful when i imagine the sun awhich makes my former living smile, the grass shining, the people inside the living laughing and playing together without any boundaries. The fields that always unite us in happiness and clarity. I remembered those scene, the shadow just listening to me without complaining. But, somehow, sometimes i feel that he response my act, silently without voices. it is like his ideas, his replies goes straight to my mind and effectively amuse me, somehow. I also tell him about the problem i have with my life. The problem i face when someone calls me as a junkie well, my appearnce in their shallow minds which makes their perspective wrong and.. ABNORMAL. When i fell in love with that girl but, i can't move on, i can't make a single move, i am inconfident to go straight at one's heart. Those problems they have their own solution, solution that comes from the shadow's "telepathic" skill to shot and penetrates my abstract side in my brain. Until now, i don't know what the shadow is, who is the shadow? i guess i only have a hipothesis that the shadow is an entity which lives inside one individual and together, the individual and their shadow live, having life experiences as one. Whether he or she aware or not aware his or her shadow.
Someday, as always i visit my shadow again. And i'm very surprise he's not responding all of my words i said to him, at that time i feel empty, there's no one there except me. I can't call him out. I never call him. he came as soon as i came. And another peculiar thing is i didn't notice it, the lost of his presence when i start to talk. I notice that he isn't there in the middle of my speech..
It's been a month since the silent, the real silent of the shadow. I don't know what caused it, as long as i remember i never dissmissed him because i can't. Dissmissing him is as the same as dissmissing my soul out from my fragile body. It's Friday again, I watch my wrist watch again, i'm standing in front of a miror in my room. I'm not praising myself, i'm not adoring myself as Narcissus did. I just.. stare at my reflection in the miror, observing the face. My observation is getting intense. I looked at my own eye, still in the same distance i watch my wrist watch. Then, that feeling come out. Like a flash of a lightning, i almost can't see it, a transition is happening inside of me. What i found next is it's getting dark, the room it's now unseen. Sinking by the darkness. Those occurence happen like a pass out or maybe drowse to fall out. I feel myself awake, but bizzarly i still standing in the same position before the blackout happens. But, all i can do is seeing, i can't move my hand, i can't everything even rolling my eyes! what happens next is a dialogue..
"how does it feel to be alive? alive in the real world?." a voice coming from nowhere, as if it is asking me
"how does it feel, when you can speak, you can hear, and you can touch something?"
"what do you mean?" a blessing for talking has gifted to me
"answer me, me the one who stay alive, me the one who stay dormant inside one's life."
(it's come like a revelation, the one who talked is him)
"answer me.."
"is that you? is that really you?"
"I'm the one, the entity whose lived inside one soul..",... "I shall not transfere to, i shall not pass through.."
(he.. he can't hear me.. even though i can hear my own..)
"you can not talk? then what's that mouth you have? you have friends, why you always come? i should be alone, i should have no friends, i should not talk to you again" "what? you still need me, how is that supposed to be? you always run, run to me, hide before my back.. the fragile soul, the lost one, the lone one.. forever? you can't.."
After that dialogue, the last one.. the shadow never "speak" to me again. I'm already too much run, run towards him, The Shadow, my self, my hideout.



Selasa, 22 November 2011

22-11-1011 16:06

   Saya masih berpikir. Pemikiran yang seharusnya, bagi orang lain tidak perlu untuk dipikirkan. Tapi ini harus, saya tidak bisa memikirkan diri sendiri. Karena saya butuh orang lain. Manusia adalah makhluk sosial yang berarti iap individu tidak bisa hidup sendiri dan selalu membutuhkan uuran orang lain. Satu-satunya entitas di jagat raya yang tidak butuh uluran sama sekali adalah, hanyalah Tuhan. Saya rapuh, ya itu yang saya dapat hari ini dari "tes psikologi" di dunia maya, di suatu media. Dan hal semacam itu yang kredibilitasnya dipertanyakan malah mempengaruhi pemikiran saya. Bisa bertahan samap dua minngu atau lebih biasanya. Saya tidak mau sombong, saya berusaha agar tidak pernah terlihat sombong. Tapi apakah itu cukup untuk meyakinkan orang-orang di sekitar saya? Mungkin saya terlalu banyak berpikir dan saat saya mengungkapkan ini kepada orang lain. orang itu mungkin akan menyuruh saya untuk sedikit lebih tenang. Tapi saya tidak bisa, saya selalu berpikir.
   Persona saya banyak. Saya mengambil sampel persona orang lain lalu saya memproduksinya secara masal. Dan saya memakainya berulang kali, setiap hari. Untung tidak ada hak cipta untuk persona orang lain, jika ada saya sudah dipenjara selama 15 tahun lebih. mungkin. 
   Saya ingin berbicara tentang kekasih, semua kekasih, secara umum, sesuai apa yang khalayak ramai definisikan. Orang-orang, kalau saja mengerti, kalau saja mereka mau memahami apa yang mulanya hanya hal biasa lalu mereka jadikan hal tabu, maka mereka akan mendapat sesuatu dari proses "pentabuan" itu. Di agama saya, Islam. Hanya Islam saja, tidak ada istilah kekasih atau bahasa umumnya pacar dan pacaran. Hal itu malah sebaiknya jangan dilakukan karena dapat membuat seseorang kena "sanksi" nanti, setelah dicatat "pencatat" kanan dan kiri. Selain itu saya memahami hal lain dari entitas bernama kekasih ini(mari menyebutnya kekasih saja, pacar hanya sebutan murahan). Tuhan Maha Penyayang saya makin percaya dan makin teguh dengan nama Tuhan itu dari membahas makna dan fungsi serta pengaruh dari entitas tersebut pada kehidupan. Tuhan tidak mau melihat hati kita hancur, Tuhan tidak mau melihat hati kita patah, Tuhan tidak mau melihat hati kita sakit karena menjalani hubungan sementara tersebut. Saya mengaku, saya bukan penasehat. penasehat yang baik adalah orang yang melakukan apa yang dinasehatkannya pada orang lain lebih dulu. Saya melakukan "permainan" kekasih ini pula. Ya, mungkin saya munafik juga, tapi mungkin saya tetap ingin jadi seorang penasehat tapi malah membuat orang lain tidak meniru saya. Karena saya contoh yang buruk di sini. Yang mau saya bagi di sini adalah kebingungan manusia, salah satunya. Jika manusia berpikir seperti bahwa entitas yang bersifat sementara itu di hidup kita kenapa kita mau melakukannya? Ini mungkin karena perang kita melawan nafsu yang menhasilkan kekalahan. Lalu saya berpikir, apa dengan hidup tanpa berkasih ini akan membuat saya lebih bebas? apa hanya membuat saya masuk ke dalam kasus menjerat lainnya? memori-memori dengan dia. Persetan, saat satu individu berbicara "aku tidak bisa hidup tanpamu" kita masih hidup! percayalah, tapi dengan normal? mungkin tidak. butuh recovery yang lama. Dan semua mimpi tentang membangun kehidupan bersama entitas ini untuk selamanya sepertinya tidak mungkin. Manusia normalnya menikah paling mudah 25 tahunan, kurang atau lebih. Dan sedangkan orang melakukan "permainan" ini berusia dibawah 8 tahunan dari itu. Dan kita masih labil, kita belum matang, kita masih meraba kehidupan, kita masih banyak bermimpi dimana kebanyakan mimpi kita di usia ini hanya di alam bawah sadar saja keberadaannya. Tulisan ini menunjukkan sisi PENGECUT diri saya, mungkin tidak apa-apa, semua orang punya pengecut di dalam diri mereka. Saya mungkin rapuh, saya mungkin pengecut, dan saya mungkin akan membiarkan apa yang boleh dan tidak boleh mengalir dalam kehidupan, dengan tidak berlebihan. 
22-11-1011 16:06

Kamis, 20 Oktober 2011

Silvia

     Aku sedang di bar saat itu. Bar yang sama setiap saat aku membuang waktu di malam hari. Malam itu dingin, gelap dan dingin. Entah sudah berapa liter bir yang sudah masuk melewati tenggorokan ini, tapi semuanya belum berakhir. Besok semuanya akan terulang, semua suara ketukan jari yang tiada henti menghantam keyboard, telpon yang mendering bergaung dan semuanya akan berakhir di sini. di dalam klub yang biasa menerima orang "pelarian" dari dunia.
     Sama seperti kemarin, malam ini tak ada bedanya. Jalanan yang suram, jalanan yang lesu, tambah kaku karna cahya lampu di sisi jalan keras sekeras batu. Suhu yang membeku, menembus sampai hati sampai berasa dunia ini mau mati. Aku tidak tahu lagi harus apa, aku ingin menjadi pecundang malam ini. Pecundang yang lari dari dunia nyata ke alam mimpi.
     Gelas pertama sudah berisi, tidak langsung aku bawa masuk mulut. Aku amati dulu. Sisi-sisi gelas berair, buih melayang seperti awan di permukaan, sedang cairan di bawahnya bersinar keemasan seperti lautan emas. Oh Tuhan! apa aku sudah gila? Aku mengamati segelas BIR! Dan serta membayangkan ada dunia, tempat hunian yang lebih baik di sana. seperti surga. Tapi nyatanya surga tidak datang dalam segelas bir malam itu.
     Saat aku meneruskan gelas selanjutnya, pintu bar berderik. Aku tak menghiraukan itu. Suara hentakan alas kaki orang yang masuk itu mengisyaratkan kalau ia adalah seorang wanita. Dari nada hentakan high heels yang tinggi. Sama seperti kau mendengar ketukan orang di pintu rumahmu dengan tulang di pangkal jari.  Sampai aku mengetahui siapa yang masuk pun aku tidak peduli, aku hanya mau mabuk malam ini dan pulang dengan sakit kepala-mungkin sampai isi perutku keluar di tengah jalan pulang. Ya kalau aku tidak salah masuk rumah. Ada wanita duduk di arah jam 1 dariku. Ah, mungkin itu wanita yang tadi masuk. Dia berdandan casual.. ya sedikit. Dress hitam menutupi atas dada sampai ke lututnya, gelang hitam-kira-kira 3 buah melingkar di tangan kanannya-tangan kirinya kosong. Riasannya tidak begitu berlebihan, hiasan hitam melingkar di kedua matanya, wajah yang tidak ditutupi bedak yang terlalu tebal, lalu... rambutnya yang bergelombang panjang sampai pinggang, kulitnya yang putih, serta wajah dengan formasi tolang yang ada padanya begitu sempurna.. membuatnya seperti.. APA? apa aku baru saja memujinya dalam kepala? apa akau sudah mabuk? Ah sudahlah. Dia berbicara dengan seorang, dari sini aku bisa mendengar suaranya. sedikit tebal.. namun, tebal yang manis, yang anggun. Baiklah, aku tertarik padanya. Pria yang di sampingnya mabuk, mulai menggapai setiap inci punggungnya. Saat tangannya diatas pinggul, wanita itu melepaskannya. Dia bukan wanita yang kotor aku bisa lihat itu. Dia bukan wanita pencari hal pemuas hasrat dengan mengobral setiap bagian tubuhnya kepada dunia. Dia tidak akan membiarkan tangan sekotor apapun menyentuh dirinya. Dia ingin tetap bersih.
     ayo.. nona. ya, kamu.. kamu yang disana. aku ingin kau duduk di sini, di sampingku. kursi ini masih dingin, ditinggalkan sejak tiga jam yang lalu.. ya, aku baru melihatmu, begitu juga sebaliknya. jadi, maukah kau menemaniku sampai habis malam ini? menemaniku melewati segala kepasrahan hidup yang terlalu lurus, tapi saat kamu tiba di satu bagiannya kamu bisa jatuh ke jurang kehidupan juga dn terpuruk?. nona, kalau aku boleh memanggilmu demikian.. kamu menguatkanku untuk sesaat.. apa aku terlalu berlebihan jika aku berkata aku mengagumimu? kamu adalah mawar putih di tengah sahara menurutku.. apakah aku berlebihan berkata seperti ini di pertemuan pertama kita? jawab! dengarkan aku, mendekatlah. aku tak akan pernah mengetahuimu dengan terus seperti ini...
     Sial.. mulai terasa. Berputar.. putar.. putar.. ketika aku duduk tenang di sini sambil tertunduk. Ya George! aku ingat itu hahaha .. bagaimana bos kita yang "pintar" itu membuat sistem komputer di kantor kita rusak untuk seminggu setelah sisa cerutunya ia tinggalkan di ruang motherboard ketika di mengawasi kerjaan teknisi. hahaha semuanya terbakar mampus! terima kasih juga buat cairan.. apalah itu seperti metanol. hahaha! Arrgh! Ayolah euforia, hilang! kau menggannguku, aku dan waktuku untuknya... Kau tahu Stephen? Betty sangat mabuk sampai mengira sigung piaraanmu adalah kelinci! hahaha dan parahnya, ciuman Betty ke mulut piaraanmu itu ditangkap seperti sebuah ancaman dan.. dan.. hahahaha! Arrgh! ayo kuatkan dirimu, jangan mabuk dulu!
     Aku kembali mengumpulkan kesadaranku, semua akal sehat dan insting. Aku hanya bisa melihat, tak bisa berbincang saling mengucap kata dan kalimat dengannnya. Aku tak bisa, sudah ada seseorang dekat dengan.. di atas kulitnya yang terlihat putih di bawah malam yang gelap. Lalu ada teriakan keluar dari mulutnya. Rupanya mekanisme pertahanan dirinya untuk menjaganya menjadi kotor  membuat orang yang tadi menggapai setiap inci kulit di tubuhnya kesal dan melemparkan tangannya pada pipinya.
     Dia keluar, berlari ke arah pintu bar. Aku yang dari tadi terdiam dengan gerakan yang tidk mampu ku kendalikan mendekat berlari menyusulnya. Tapi terlambat, di bawah malam, di pijakan kaki kota ini ia menjauh.. mulai hilang. Aku sebut, ' Silvia, maafkan aku yang terlalu banyak berkata-kata. apakah semua yang aku lakukan ini sudah cukup? Kalau kau yang memulai semuanya, kenapa kau tidak membuatnya berhenti silvia? Apa? Kau juga tidak tahu? maafkan aku yang diam, maafkan aku yang duduk saja. Tidak turun.. masuk ke dalam duniamu dan berbicara. Silvia.'

terinspirasi dari lagu Silvia oleh Miike Snow

Jumat, 23 September 2011

Brengsek (ocehan-omong kosong)

     Egois, orang mulai tidak memikirkan orang lain di sekitar mereka. mau mereka miskin, terluka, atau sesederhana orang yang meminta menyebrang jalan di jalanan orang mulai tidak peduli dengan itu. Persetan! yang penting urusan ku selesai! katanya..
     Omong kosong dan basa-basi mudah muncul dan diyakini. mulai dari kotoran kucing yang berasa coklat ketika orang jatuh cinta (omong kosong!) sampai sumpah pocong (omong kosong!). Orang-orang harusny sadar, bangun! ini sudah abad 21 masih mereka memikirkan hal tabu berbau mistis. Dimana kalau ada hal ganjil seperti anak kecil yang bisa menyembuhkan orang pake tangannya langsung di dewa-dewa kan. Omong kosong! itu adalah kuasa Tuhan, sang Pencipta. Jangan kamu punya messiah lain selain yang di sebutkan oleh agamamu. Itu penyimpangan.
     Hidup orang bisa hancur pula karena omong kosong. Pacaran? itu omong kosong! kau jadi punya tanggung jawab untuk menjaga perasaan orang lain, yang bagi sebagian itu adalah hal yang terhormat dan bagi sebagian lain itu adalah bebaan berat. ya, orang yang di sebelahmu, yang kamu pacari adalah omong kosong! kamu tak sadar kenapa Tuhanmu melarang dan tidak pernah mengadaka atau mewahyukan pacaran? selain itu bisa menimbulkan hal yang merusak nilai agama di masyarakat. Hal itu bisa merusak dirimu sendiri. Kamu jadi sering mengalami patah hati, takut kehilangan, dan hal payah lainnya. Love sucks? yes, sometimes!
     Lalu tentang mereka. sampah masyarakat, kotoran kuda yang dapat melaju hinga 60mil per jam di ramainya jalanan. mereka pikir siapa mereka? mereka pikir ada dimana hah?! Goblok! kalian semua bukan apa-apa! Dasar Racer wannabe! kenapa kalian tidak terjungkal saja karena ngerem ndadak?! atau nyium bodi mobil orang dengan kecepatan 60mil per jam di by pass?! kenapa kalian tidak menderita saja karena kecelakaan buat menyadarkan kalian itu siapa sebenarnya? Sadarlah! sebelum mati.
     Senyum adalah kedok terbaik, itulah yang kamu pakai kalau bermasalah, cek-cok sama saya. Begitu juga mereka orang-orang tinggi. pejabat-pejabat rongsok! otak penuh uang! film porno waktu sidang! nyeringa-nyeringai . Sana! tiap pagi masuk Mercedes! yang E atau S. Mencet-mencet buah berry buat ngasih informasi tabu. Kalian kerja apa hah?! bisanya tidur ndengkur di "ruang rapat nan terhormat" apalagi kalo pak pemimpin pidato, dongeng buat anggota dewan dari sang kakek pujaan! Oo.. pak pimpinan mau naik gaji? ngaca pak, liat keluar jendela. rakyat makan apa.. nasi aking, pisang busuk dari bantar gebang, atau bangkai tikus siap saji.
     semua omelan ini percuma. aku juga sama, seperti kalian. oia, namaku adalah brengsek.

Jumat, 16 September 2011

Suatu senja di jembatan lima

     Memori adalah sesuatu yang unik, juga abstrak.Hanya bisa dimengerti oleh seseorang yang memilikinya. Karena itu sangat spesifik. Sama seperti saat ini, ia berputar di dalam kepala seorang pria 45 tahun, tegap, berani, dan berapi-api. 
     Senja itu ia berdiri memandang ke arah utara dimana nelayan dan kapal dagang keluar-masuk zona pelabuhan ibu kota. Sesekali memutar kepala hingga beberapa derajat untuk melihat sekitar. Pemandangan dia atas Jembatan Lima ini mengagumkannya. Ini wajar karena tempat ini jauh dari kampung halaman serta tempat tinggalnya. " Ayo, sudah saatnya." seorang pria-seorang teman mendekat kepadanya berkata."Tolong, beri saya waktu sebentar lagi. Saya suka berlama-lama di sini.. sebentar saja" timpal pria itu."oke, 15 menit lagi..". 15 menit baginya lebih dari cukup untuk memutar kembali cakram memori di dalam kepalanya. Menghibur dengan melupakan segala jenuh dalam hatinya sesaat. putaran pertama mengingatkannya saat ia masih kecil dulu, dimana yang ia pikirkan saat itu hanyalah petak umpet, perang-perangan dengan meriam karbit, dan acara masak-masak dengan anak tetangga sebelah. oh iya, menu waktu itu yang sangat ia ingat adalah tumis sayur mi kriting kuning. Ehm sebentar, memang itu yang selalu jadi menu masak-masak saat itu! Lanjut lagi, ia juga ingat bandelnya ia ketika dengan cerobohnya mengayuh sepeda menuruni satu bukit terjal. Meninggalkan anak-anak lainnya--teman-temannya layaknya pembalap profesional. Tapi euforia itu terhenti seketika oleh sebuah pohon beringin tua di ujung garis akhir, di kaki bukit. Ingatnya lagi esoknya dukun di kampung halamannya bilang "pak, anak bapak kakinya patah cukup parah dengan bantuan sang hyang bla bla bla dan bla bla bla saya sudah membetulkannya kembali" pada ayahnya, ya ia tidak suka animisme-dinamisme orthodoks.
      Suatu hari di masa lampau, ayahnya berkata kepadanya "Kamu itu laki-laki, laki-laki harus berani. Karena laki-laki harus melindungi perempuan dan orang-orang lemah yang tertindas, intinya sebagai laki-laki kamu harus baik, berani dan bijaksana. selain itu terserah apa mau mu, itu hanya dasar-dasar bagaimana seorang laki-laki harus seperti apa. Seterusnya, bapak cuma mau kamu menjadi kamu apa adanya dengan tetap membawa nilai baik yang berlaku nak.". Hmmh, sangat nostalgis kata-kata beliau. Sampai membuat pia 45 tahun terus mengingatnya.. sampai masuk liang lahat. "Wah, besarnya.." ucapnya ketika sebuah perahu nelayan melintas di bawahnya dengan muatan seekor ikan Marlin biru. "Kheh.. aku ingin sekali, selalu ingin ke laut. melawan badai dan bergulat dengan ikan selalu terlihat menyenangkan.." ingatnya akan impiannya dulu. Impian bertarung di laut pupus, ketika orang-orang berkulit pucat, tinggi lagi tegap menyambangi pesisir utara.
     Mereka datang seperti karma. Seperti sebuah pembalasan keji atas perlakuan buruk seorang manusia terhadapa apa-apa yang ada di sekitarnya. Hanya saja, mereka adalah karma kosong. kami, Pribumi, tidak ada dosa satu biji pun kepada orang-orang kulit pucat itu. Tetapi, satu dekade mereka di tanah pertiwi. Mereka memakan semuanya, habis! sampai mati. Kerja paksa dan tanpa upah satu logam pun tak ada. sudah warna kulit tak ada, mereka juga tak ada rasa kemanusiaannya. hingga suatu hari tiba, ketika anak seorang petani menghunus parang melewati lambung sampai tembus terus ke punggung mandor dari kaum pucat itu. Terlihatlah jelas. Api perlawanan mulai membara.
     Pria 45 tahun lalu bergabung ke dalam bala tentara membela negara, mengusir penjajah yang meradang di seantero nusantara. Seluruh nadi hingga sendi dalam raganya telah terisi oleh bara keberanian untuk sebuah perjuangan. sebuah perlawanan. "Dengar! mereka terpuruk di barisan depan dan terus terpukul mundur oleh sodara-sodara kita yang terus maju melawan tanpa mundur!" pekikan komandan divisi menggaung."Tugas kita sekarang adalah menghabisi anjing-anjing dan serigala yang membantu mereka memiliki kesempatan merebut kembali apa  yang sodara-sodara kita ambil, sebagian Tanah Air!" pekiknya lagi seraya membuat teman seperjuangannya tak henti memanas untuk membela negara. Lalu sampailah pria 45 tahun, bersama tentara satu divisi di sebuah pos penjajah yang bersiap memberi serangan balik atas apa yang dilakukan para pejuang yang lain. Keadaan sangat mencekam, mereka melihat dari jauh mengamati gerak-gerik lawan sampai menemukan celah untuk menyerang. Dengan satu aba-aba serempak mereka maju memberi serangan kejutan pada lawan. Tembakan dan ledaka terus terdengar di mana-mana, di tempat yang bisa saja ia meregang nyawa. Karena peluru yang menembus lewat kepala atau ledakan granat yang menghancurkan semua yang ada di tubuhnya. Ia berada di tempat berlindung sekarang, dibalik sebuah kendaraan lapis baja. dari sana ia bisa melihat teman-temannya berjatuhan. Serangan ini adalah kesia-siaan saja! bersama tiga tentara lainnya ia berlari menjauh dari zona perang. Dan ketika berbalik ia melihat teman-teman yang tadi besamanya tumbang di cabut oleh peluru nyawanya.
     Dan akhirnya, di sinilah dia, Pria 45 tahun yang tegap, berani dan berapi-api berdiri memandang ke utara sambil mengingat memori-memorinya. Semua yang ia lihat dari sini. Dari Jembatan Lima akan melengkapi semuanya, semua memorinya."baiklah, aku siap sekarang" kata pria itu kepada temannya yang 15 menit lalu mengajaknya. Hari itu pria itu membulatkan tekad dan berusaha mematuhi nilai yang sudah di doktrinkan kepadanya melalui mulut seorang yang berjiw besar, ayahnya. Mentalnya siap, keinginanya teguh. Tidak, ia tidak bisa mundur sekarang. Pilihannya hari ini hanya satu, terus maju! Dari kejauhan ia masih bisa mengingat sebagian wajah pucat yang menembaki teman-temannya tentara nusantara waktu serangan itu. Kedok penjajah yang ia dan temannya pakai berhasil menipu orang-orang pucat yang berkeliaran di pos yang ia serang waktu itu. Targetnya jelas, gudang senjata dan mesiu. Ia seperti bom berjalan lantang menuju tempat itu. "Ini mudah" katanya. "Satu 'klik' akan membereskan semuanya". Pria 45 tahun mempercepat langkahnya setelah tahu eksistensinya yang membahayakan terendus oleh beberapa tentara penjajah. dia lari, sedikit melompat, semua memori kehidupannya di masa lampau melintas dengan cepat secepat api yang meletup dari sekujur tubuhnya sesaat setelah terdengar bunyi 'klik!'.seketika itu juga asap hitam mengepul dari kejauhan. orang-orang yang datang ketempat kejadian melihat pemandangan yang mengerikan. Tubuh dimana-mana, kebannyakan dengan kondisi dimana sebagaian bagian tubuh manusia telah lepas dari tempatnya. Bau amis-bau kematian memenuhi udara. pengap!
    
    

Rabu, 20 Juli 2011

Disco 2000

       Orang-orang bilang kami dilahirkan dengan selisih satu jam saja. Masing-masing Ibu kami berpikiran kami ini seperti bersaudara karena selisih waktu kelahiran kami yang tidak terlalu beda jauh itu. Debora, ya itu namanya. Nama wanita yang lahir hampir bersamaan denganku. Menurutku nama itu kurang cocok. Kenapa ibunya tidak menamai dia Susan atau Susie atau yang lain? ya yang aku maksud.. ayolah, Debora?? Hmmmh..
       Itulah pembuka atau awal catatanku ini semua tentang aku, debora, orang lain, mereka, pria lain dan Debora dan lain-lain. Oke, Aku sudah mengenal debora bahkan ketika kami masih balita. Dia selalu jadi primadona mataku, jika dibandingkan dengan Marilyn Monroe belum ada apa-apanya dibandingkan Debora. Setidaknya itu yang ada di dalam benak seorang bocah laki-laki yang sebulan lagi genap 5 tahun. ya, aku. Kami sama-sama masuk di SD yang sama, SMP yang sama dan SMA yang sama. Sial, itulah yang membuatku tidak tenang. Ini seperti takdir. Seakan-akan Tuhan menakdirkan kami agar selalu bersama setiap saat..
       Seperti yang terjadi pada mataku, Debora menjadi primadona di mata anak Laki-laki di sekolah. Bagaimana tidak? Dia yang paling menarik, tampangnya asik, dan yang paling penting adalah, di sekolah dialah anak perempuan yang memiliki buah dada. Ehm, bukannya aku ini seorang mata keranjang atau semacamnya setiap anak laki-laki di sekolah tau itu!
       Lalu ada Martin. Jika Debora adalah gadis pujaan di sekolah maka Martin adalah sebaliknya.. Pria hinaan. emmh, ya setidaknya itu menurutku karena.. Kau tahu? dari air muka kebanyakan anak laki-laki terhadap Martin mereka memasang tampan asik.. sok asik. Di dalam hati mereka yang paling dalam aku yakin mereka sebenarnya berusaha menyembunyikan pisau dibalik punggung mereka ketika berhadapan dengan Martin dan jika ada kesempatan.. Sleb!.. kau tahu cerita selanjutnya. Ya, Martin yang dipuja oleh gadis-gadis di sekolah menyukai Debora. Hhhh kabar bagus lainnya.. sangat menarik!
       Hidup seperti ini terkadang memberi beban padaku. Ya, ini memang pernyataan rang cengeng. Tapi itulah kenyataannya. coba kalian bayangkan, bagaimana jika kalian adalah seorang anak laki-laki yang pemalu, tidak menyukai keramaian karena keramaian membunuhnya, dan untuk menunjukkan kesukaan terhadap lawan jenis kamu gagap sekali. Lagi, ketika kamu melihat pujaanmu bersama yang lain kau hanya iri, mendoktrin dirimu lemah dan bodoh saat itu juga. Hal seperti itu terjadi padaku. Waktu pulang sekolah aku melewati satu  koridor yang sepi, tiba-tiba aku mendengar keramain di arah yang lain. Ketika aku menuju sumbernya yang aku lihat ternyata sekelompok anak laki-laki yang menggoda Debora. Tapi, tidak hanya itu saja. Kelanjutan dari kejadian tersebut adalah mereka mencoba membuat Semua pakaian yang menempel di tubuh Debora terlepas. Sial! saat itu aku tidak bisa apa-apa. Aku hanya berkelahi sendiri di dalam pikiranku dengan perkara: Jika saat itu aku melakukan sesuatu apa aku harus ikut melucuti pakaiannya juga?  Dengan alasan aku suka padanya dan ternyata meskipun kurang jelas aku menginginkan itu juga. Atau aku seharusnya menolong Debora lalu terlihat heroik setelahnya.. Ya, setelah babak belur dihabisi anak-anak itu.
       Pada akhirnya hubunganku dengan Debora hanya sjauh sampai kata teman saja. Meskipun aku mencoba untuk lebih dekat, seperti pulang dengan berjalan kaki ke rumah bersamanya. Tapi, sepertinya dia tidak menganggap itu bukan apa-apa. Ketenaran menutupinya.
       Saat ini, saat aku menulis tulisan ini. Sudah berlangsung 3 tahun lamanya setelah peristiwa terbaru antara aku dengan Debora. Setelah kami lulus aku mengatakan sesuatu kepadanya sebagai seorang teman, sebuah ajakan. Ajakan untuk bertemu di tahun dimana 5 tahun tepat dari kelulusan kami. Tahun 2000. Di tahun itu di sebuah air mancur di jalan dimana kami pernah tinggal berdampingan sebagai tetangga kenyataan itu merusak hari itu. Dia sudah menjadi milik orang lain.
       Sekarang aku cuma hidup sendiri di kontrakan tua dimana warna di sudut-sudutnya telah kusam dan usang. Seperti aku yang menjalani hidup berwarna sama. Untuk mencerahkan hidupku ini aku sering mencoba mengajaknya mengunjungiku, bertamu ke tempatku,bertemu denganku. Walaupun saat datang kemari ia harus membawa serta buah hati dan kekasih hatinya.


(terinspirasi dari lagu dengan judul yang sama yang dipopulerkan oleh Pulp)

Minggu, 17 Juli 2011

Dia bukan Kamu

dia bukan kamu

I
dia bukan kamu
dia orang yang yang punya segalanya
dari "mer-c" sampai patung berhala
sedangkan
kamu orang yang sederhana, cinta bukan pembelaan bagimu
cinta bagimu adalah api yang membuatmu tetap hidup
jadi
dia bukan kamu

dia bukan kamu
dia orang yang berjalan dengan dagu terangkat sampai hampir menyentuh langit
dada yang terbusung menandaan ia jauh terlambung, diombang-ambing emas dan kertas
tapi
kamu bukan dia
kamu orang yang berjalan dengan bibir melebar sekitar 1 centi ke kiri dan kanan
dengan mata yang terkadang memandang jauh kedepan atau tertunduk ke bawah
berempati kepada yang lemah
jadi
dia bukan kamu

dia bukan kamu
dia orang yang memahami dari sisi yang fana. berfoya-foya
sedangkan
kamu orang yang mendalami hidup dari cinta dan rasa hasil sekresinya
dia bukan kamu

II

dia orang yang sesungguhnya dekat tapi sesuatu membuatku jauh dari dia
kamu orang yang sesungguhnya jauh tapi dengan seutas tambang setebal bulu rambut
jarak itu tak berarti
seperti angka nol yang mati

mungkin aku sering melihat dia sebagai aku yang berpura-pura
sebagai aku yang berbohong
tapi denganmu mungkin aku tidak perlu berpura-pura
aku bisa datang apa adanya, sebagai orang yang mulia atau sebagai aku di dalam matamu

dia itu istimewa, tapi karenanya dia asing dari nalar dan pikiranku tentang seseorang
aku hanya diam dan berpura-pura lagi
kamu itu biasa, tapi karenanya aku memahamimu sebagai sesuatu hingga aku tidak merusak nalar dan pikiranku kembali

dia bukan kamu
itu kesimpulan dari semuanya
tapi dengan adanya ini semua
benakku jadi sempit dibuatnya

(III-IV..)

Sabtu, 09 Juli 2011

Manipulator #3

       Jum'at 17 juli 2013 8.00 pm. Sekarang aku berada di tempat yang dijanjikan orang misterius itu. "pelabuhan, sektor 7 gudang 12" itu tulisan yang tertera di kertas khas notebook yang biasa dijual di toko ATK. "huh, gelap sekali. apa benar orang itu ada disini?" sambil memasuki lokasi yang dijanjikan aku menggerutu. 
"TAHAN! DIAM DI TEMPAT!" gertak seseorang dengan sebuah Avtomat Kalashnikova 47 dalam genggaman ke dua tangannya."Tenang.. tenang.. saya bukan musuh kalian, saya tidak bersenjata saya hanya.."."DIAM DI TEMPAT! SUDAH SAYA BILANG DIAM DI TEMPAT!" orang itu menggertak lagi sambil membidikkan senjatanya ke arah jantungku.. tepat ke arahnya."Tenang! saya kemari atas permintaan seseorang bernama Edwin! Edwin Horace Redbridge!" kataku lantang."Apa? kau tidak bercanda?" orang itu kini mulai melunak nada bicaranya."Iya, saya tidak bercanda. saya tidak berbohong" balasku."Hmm.. maaf, tidak saya sangka seorang calon manipulator tampangnya akan seperti anda, Saya minta maaf, saya benar-benar tidak tahu. Mari, saya antarkan anda Tuan Silverstone, Tuan Redbridge sedang meunggu di dalam.".Apa? begitu saja? tiba-tiba saja orang ini seperti melihat atasannya saat tahu aku Silverstone dan.. Apa itu Manipulator?
        Sekitar tujuh orang mengawalku, dari gerbang gudang tadi sampai ke satu peti kontainer besar. Dari luar kontainer ini terlihat biasa saja, tapi begitu tujuh orang itu membawaku ke dalamnya dasar kontainer itu terangkat setelah seseorang dari penjaga menarik sebuah tuas di sudut kiri kontainer tersebut. Dari dasar kontainer yang terangkat itulah terlihat ratusan bahkan lebih anak tangga mengarah ke bawah. Aku dan tiga orang pejaga menuruni anak tangga tersebut. Di dalam sini tidak gelap juga, di sebelah kiri dan kanan "ruangan" ini berjajar obor yang menerangi sepanjang anak tangga yang mengarah entah kemana ini. Aku tiba di ujung anak tangga, di hadapanku sudah ada sebuah pintu kecil, orang-orang yang mengawalku tadi mempersilahkanku masuk ke dalam.

Kamis, 30 Juni 2011

Thursday night's grey ballad

something is already gone here
i already lose myself mentally
it is always about what i want and what i need
two things that different in paths

i am not brighter than black
nor shinier than grey
i just found myself in acorner of a big hall
day dreaming

in that time all i can think is
everyone and someone is useless
i only believe in myself, talk to no one but myself
i think from the start maybe you are not the one that i always seek

God, i didn't blame you for all of this
i just have myself, take it all alone
the love and hatred to the same being
red, is taking control now

seeking and analyzing a cure
only reminding me of a letter which i should write for showing condolence
which happens between humans called "you" and "me"
and got broken by flames of loneliness

should i burn th bridge that connect us all along?
shit, i should have the answer now!
we are lame just accept that! please, say you hate me!
until the bridge explode and i can keep my hands clean

good night dear, i hope you don't dreamed about me tonight
'cause i don't want to be a part of your life anymore
still, you can ask me to sing a last song
and we named it "forgetting"

Selasa, 28 Juni 2011

The fall of troy-F.C.P.R.E.M.I.X

slow down this is slippin' through my mind
this conversation has run out of time
honey, i know you know what i mean
and that's the one thing that you soon will find

i know that you really want to go
my mind is running out of gas so relax, recaps, relapse, tonight
my mind is jumping and
i go through the motions and i'm leaving on this journey
maybe, someday i'll come running home to you

i don't want to see the day, my words can not make it safe
her heart in my hands, it's too bad no regrets
i don't want to see the day, her tears are falling on my grave
this is my one chance to take back, no regrets

let's go, i just want to let you know this situation's leaves me out of breath
we'll drive till the love tha's in your eyes drops to the ground unravels like a thread
i know that you really want to go i only think about her, must get to her, can not lose her
you know that i will not let this die, live supports in my mind and rewind.. and rewind.. and REWIND

"Selamatkan Aku"

"...Haruskah semua yang dulu t'lah datang, pergi dan menghilang. Ku terus bertanya, engkau dimana? Mungkinkah sekarang seorang kan datang temani diriku. sebelum terlambat selamatkan aku..."


       Itulah sepenggal lirik lagu dari bagian reff  "Selamatkan aku" yang dibawakan oleh grup punk rock Endank Soekamti yang dalam sehari mungkin aku dengarkan sampai lima kali, bahkan lebih. Grup punk rock bisa membuat lagu yang liriknya demikian? Tentu saja, Kenapa tidak? Entah kenapa tiba-tiba lagu itu jadi lagu favoritku yang aku dengarkan lewat mp3player-made in china seharga Rp.200,000 saja di pusat perdagangan elektronik Glodok. Mungkin, perasaanku dan aku sendiri sedang mengalami hal yang sama seperti yang terjadi di dalam lagu tersebut. Jujur, aku bukan penggila musik dan tidak tahu banyak soal dunia musik. Asalkan suatu lagu yang aku dengarkan itu enak didengar maka aku akan menyukainya, sesederhana itulah aku menyukai musik. Tapi, aku seolah-olah tahu apa yang dibicarakan lewat lagu "Selamatkan Aku" ini. Lagu ini menceritakan seseorang yang membayangkan seseorang yang ia cintai ketika orang itu tidak ada dan dia, orang yang sedang memikirkannya sedang merasa kesepian. Didalam kesepiannya itu, kesepian tanpa orang yang dikasihinya tersebut orang ini mulai berpikir dan mulai ragu apakah orang yang dicintainya selama ini akan pergi meninggalkannya setelah dulu ia datang ke kehidupannya. Saking orang itu memikirkan kekasihnya ia berandai-andai dimana dirinya sekarang? Dimana aku juga dapat merasakan ada pertanyaan tambahan yang tersisrat didalamnya. "Kamu sekarang berada dimana? Kenapa kamu tidak bersamaku disini? Aku sendirian disini karena disini tidak ada dirimu." kira-kira itulah yang menurutku pertanyaan yang tersiratnya. 
       Mungkin aku akan dibilang sok tau oleh para personel Endank Soekamti karena berani mengartikan arti lagu mereka seperti itu, tapi itulah arti menurutku dalam keadaanku yang "sebelas-duabelas" dengan keadaan yang terjadi dalam lagu tersebut. Sudah setahun aku tidak menjomblo lagi mungkin, setahun lebih. Seharusnya aku bangga, bangga seperti orang-orang lain yang melakukan hal yang sama, tapi tidak aku lebih parah dari mereka. Aku bersumpah demi Langit dan bumi sampai aku kesamber petir di siang bolong kalau hanya dialah perempuan yang aku sayangi sebagai pacar atau kekasih. Pada awal-awal hubungan kami semuanya sama seperti di adegan sinetron jaman sekarang, hati berbunga-bunga, kemanapun selalu ingat dia, dan tiap komunikasi yang kami lakukan penuh canda-tawa. Tapi seperti kita makan, kenikmatan makan di awal lebih nikmat daripada di akhir karena di awal kita masih lapar dan seiring kita menelan makanan demi makanan kita akan semakin terisi dan rasa kenyang membuat kenikmatan makan berangsur hilang. Kali ini aku mungkin sedang dalam fase hampir kenyang. Semakin kemari aku lebih merasakan kesepian aku tidak tahu kemana semua canda-tawa itu pergi. Bagaimanapun aku tidak bisa berpisah dengannya aku sudah seperti pecandu heroin yang sudah terlanjur ketagihan oleh barang haram tersebut. Hmmmh... Astaga, sekarang aku seperti seorang gadis kecil cengeng yang merindukan kuda poni tunggangannya di taman ria.
       Sudahlah, aku seharusnya tidak terlalu memikirkan semua ini, semua masalah ini hanya sampah yang mengendap setelah membusuk di dalam kepalaku. Aku akan mencoba tidak peduli.. atau berpura-pura tidak peduli mungkin? Aku bersumpah aku masih mencintai orang itu, perempuanku. Aku harus meregang sejenak dan menyerahkan semua masalah ini kepada waktu biar ia yang meneruskan jalan ceritanya. Aku tidak tahu apakah ia akan tahu, tapi jika seandainya saat ini aku sedang bertatap muka dengannya. Aku akan menatap matanya tajam dan mendalam seraya berkata kepadanya seperti kalimat terakhir dalam reff lagu itu: "Sebelum terlambat... SELAMATKAN AKU!."

Senin, 27 Juni 2011

Manipulator #2

       "Halo, pagi pendengar setia hari ini cu... BRAKK!". "Ah, lama-lama radio itu trdengar membosankan saja.." Omonganku pada diri sendiri setelah berhasil meghancurkan radio yang usianya sudah 10 tahun sejak aku beli dengan sekali lempar.. dengan sepatu pantofelku. Oia, hmm.. pria yang semalam itu. Bagaimana ia tahu soal ayah? Apa yang ia maksud bakat yang aku punya? Lagipula soal bakat, bakat satu-satunya yang aku punya adalah menyulap nasi putih menjadi cokelat tiap kali aku berusaha menanak nasi sendiri. Ya, aku benar-benar payah dalam masalah dapur. Kerja-Tidak-Kerja-tidak-kerja-Tidak-kerja.. Apa? TIDAK KERJA? Hm, baiklah..
       Oke, ini selasa di bulan Juni. Aku masih tetap aku yang sama seperti dulu. Aku yang sejak umur tujuh tahun tidak pernah melihat ayahku lagi. Aku yang sejak umur tujuh tahun selalu melihat ibuku bersedih.. stress, dan semua obat-obatan itu yang membuatnya gila-euforia. Ayah pergi membela negara di garis depan. Aku melihatnya seagai sosok pahlawan yang berkarisma, walaupun stiap hari.. di hari-hari saat beliau masih duduk diatas kursi goyangnya yang sudah reot di teras depan rumah memandang tenggelamnya matahri sore dari sana atau saat beliau mengajak kami sekeluarga ke taman ria untuk menemaniku naik bianglala atau kuda-kuda yang dijalankan oleh mesin disana. Namun, ibu punya pandangan lain soal sosok ayah yang berubah menjadi pembela negara di garis depan ia bilang "Ayahmu itu BODOH! Bodoh nak! Orang paling bodoh yang berubah jadi sekarang.. Sok jadi pahlawan! untuk apa dia seperti itu? untuk apa dia berlari ke arah pintu neraka?". Ibu berkata seperti itu seolah ia marah, tapi bila ia marah kenapa ia mengatakannya secara lantang, tapi sambil menangis. Menangis begitu hebatnya, aku berpikir ibu sepertinya terllu khawatir pada ayah samapai-sampai ia mengatakan ayah bodoh segala. Perang yang aku maksud di sini bukanlah perang menggunakan pedang dan tameng, peluru dan helm baja, atau tank dengan pesawat tempur. Perang ini adalah perang menghancurkan, memasukkan, memalsukan, mendoktrinasi pikiran atau ideologi lawan perang. Ya, setidaknya itulah gambaran medan perang tempat ayahku berada di dalamnya, sedangkan yang lain tetap masih menggunakan cara lama tembakan, mutilasi dan pemusnahan masal. Sampai sekarang aku tidak mengerti maksud perang yang demikian. Sebenarnya apa tugas ayahku di medan laga? kalau dia bukan salah seorang yang bertugas mengarahkan senjata lalu menembak membabi buta lalu dia itu apa? siapa?
       Lalu, suatu hari tiga orang utusan dari pihak militer membawakan kabar itu. kabar yang merubah hidupku hingga detik ini. Ayah tertangkap, ia diinterogasi hingga disiksa tap ia tetap tidak mengeluarkan satu informasi pun kepada pihak lawan, akhirnya ia dibunuh dengan cara keji. Tubuhnya ditusuk berkali-kali bukan dengan pisau atau semacamnya, tetapi dengan sejenis logam tumpul setelah itu ia disengat oleh listrik sebesar 10megawatt hingga ia akhirnya menghembuskan nyawa. Setidaknya itu yang dikatakan oleh tim ahli forensik yang melakukan fisum kepada tubuh ayahku yang sampai di waktu pagi pada saat itu. Di dalam Peti AK-47 berukuran 0,5X2 meter. Mulai saat itu, ibu mulai mengkonsumsi obat-obat penenang dari dosis biasa ke yang luar biasa. Ibu betul-betul mencintai ayah, sampai suatu hari kesempatan itu tiba. Kesempatan untuk bersatu kembali dengan ayah di surga. tiga bulan setelah kematian ayah, campuran vodka rusia dan tujuh butir obat tidur dosis tinggi membuat ibu meninggalkanku selamanya.
       Aku hidup sendiri setelah kejadian-kejadian itu. Dan aku membenci hidupku. Awalnya setelah melewati begitu banya tekanan demi tekanan aku selalu berpikir untuk segera mengakhiri hidup, tapi itu sekedar keinginan saja entah kenapa ada hal yang menhalangiku. Sesuatu di dalam hatiku.
       Oh iya, "pelabuhan sektor 7 gudang 12" hah? Hm, padahal aku tidak kenal dengan orang tua itu, tapi kata-katanya yang seolah ia kenal betul dengan ayah membuat rasa ingin tahuku mencuat saja. Baiklah, malam ini aku akan kesana.

(catatan berlanjut..)

Minggu, 26 Juni 2011

Manipulator #1

       "Halo semua, cuaca yang cerah pagi ini dengan suhu di kisaran 19 hingga 25 derajat celcius. Tampaknya pagi ini akan jadi hari yang indah, ayo bergegas bangun karena saya yakin anda semua tidak ingin terjebak macet untuk memulai hari di senin yang indah ini"
      Apa? Senin yang indah? Pagi-pagi begini ada yang mencoba bercanda dari radio rupanya. Aku tahu, aku sadar, ini sudah jam enam lebih lima menit dan aku baru bangun. Aku tidak mabuk-mabukan semalam, aku tidak pernah mabuk lagipula. Tiap hari yang membuatku mabuk adalah kegiatan monoton yang terus saja berulang... mungkin sampai aku sudah tua dan bercucu 10 orang mungkin. Em.. Sebentar, cucu? Aku bahkan belum punya seorang kekasih pun! Bagaimana aku bisa hidup normal jika bosku yang sukanya marah-marah dan menyuruh-nyuruh seenaknya membuatku harus bekerja dari pagi.. hingga bertemu pagi lagi. Tuhan, ini bukan jalan hidup yang aku mau.
      "Thomaaaaaaas!!! dasar pegawai murahan! tidak tau aturan! Ini sudah jam berapa hah?! apa kau tidak bisa membaca jam hah? Kita sedang berbisnis disini Thomas! Kita sedang berusaha membuat uang disini! Uang untuk kita semua nikmati termasuk oleh kau Thomaaaaas!!". Uang untuk kita? Pak, yang saya tahu kita semua disini bekerja di tempat yang penuh ketidakadilan. beberapa diantaranya: Upah minimum yang tidak sesuai standard negara, Pemasangan label "made in America" di setiap produk yang kita buat yang parahnya kita ini bukan di Amerika, dan pemimpin yang bisanya memperkerjakan kami pekerja seperti babu yang seperti saudara itu! Astaga, andai saja aku bisa mengatakannya di depan wajahnya yang dihiasi kumis dan sepasan alis yang sama tebalnya, hmm.. aku jadi teringat tukang sate madura yang kurang lebih perawakannya serupa dengan Bosku. Ya, aku terlambat.. Lagi pagi ini, setelah berakting memelas-melas kalau aku membutuhkan pekerjaan ini dan karenany aku tidak ingin dipecat aku langsung masuk ruang kerja.
       Setelah 10 jam penuh kebosanan dan tekanan aku keluar juga dari neraka yang lebih umum dikenal dengan sebutan prusahaan. Sekarang sudah sekitar jam 10 dan aku belum mau pulang, tapi mau kemana lagi aku sekarang? Warung kopi pun jadi tempatku menghabiskan malam, masa bodohlah tentang esok hari itu urusan nanti.Lalu datang orang ini, pria setengah baya keluar dari mobil limosin hitamnya. Untuk penampilan dia memang terlihat aneh, maksudku dia seperti mafia di jaman 80an di Amerika. 

"ah.. boleh saya duduk di sini?" tanya pria itu
"oh, silahkan" jawabku kepadanya
"baru pulang kerja?" pria itu bertanya
"iya pak, saya baru saja pulang kerja" jawabku
"ooh.. baiklah, saya bisa lihat itu"
"saya tahu rasanya menjadi orang seperti anda, stress, frustasi, jenuh dan sebagainya. sangat tipikal di diri seorang pegawai kantoran" Pria itu berbicara seperti tahu saja masalah hidupku, tapi itu benar.
"saya Edwin, Edwin Horace Redbridge" pria itu memperkenalkan diri
 "Dan kau anak muda?".
"em, saya Thomas. Thomas Silverstone" Balasku
 "jadi Thomas ya?". "baiklah, Thomas apa kau percaya kehidupan orang yang biasa saja dan tidak bisa apa-apa seperti kamu ini bisa berubah hanya dalam seminggu saja?" tanya pria itu.
"saya pikir tidak, hidup ini kejam. kita harus bertarung mati-matian di dalamnya agar bisa sampai ke puncak" aku membalas
"itukah menurutmu?" tanya pria itu lagi
"iya, menurut saya seperti itu" balasku
"baiklah, saya langsung ke masalah saya saja. saya bisa membantumu, mengembangkan bakatmu yang diwariskan dari ayahmu dan membantumu meraih semua yang tidak perah terbayangkan olehmu Thomas.."
"apa maksudmu? darimana kau..." omonganku terputus oleh perkataan pria itu yang keburu berbicara
 "untuk sekarang, aku minta kau datang ke sini.." seraya pria itu memberiku secarik kertas tertulis sebuah alamat: " Pelabuhan, sektor 7 gudang 12"
"saya harap anda datang tuan silverstone.. anda tidak akan menyesal.." 

Dan pria itu masuk ke dalam mobilnya lalu pergi menerobos pekatnya malam berteman hujan badai.

(bersambung ke Manipulator #2)

















       
     

memperkenalkan...

       "back to where we started, losing who we were. Maybe, we should only tip a bottle back to keep us filled up"


     salam semua blogger,
saya penghuni blog baru disini dibalik alias Screaming Harold adalah seorang bernama Ari yang suka menulis, membaca, memahami, dan mendengarkan. Ehm, saya berharap semua tulisan saya ini berguna dan memiliki nilai sastra dan bukan menjadi arsip berbentuk data2 yang teronggok begitu saja.
Baiklah, saya akan mulai menulis dari sekarang dan semoga Tuhan Sang Maha Pemberi memberikan Inspirasi pada kita semua.

Screaming harold. 26/06/2011