Jumat, 01 Maret 2013

(untitled)

Disana dia, meluruhkan segalanya. pakaian melekat bersama jiwa yang pekat. ini saatnya, menuju ruang penyucian luar dan dalam. Luar oleh air dan yang di dalam oleh kontemplasi pembuat pengakuan.

Biasa lagi, aku harus melangkahkan kaki masuk ke kamar mandi, melepas baju, lalu menumpuknya di atas celana yang digantung agar tidak kena air. aku ingin memakainya kembali, terakhir, handuk aku gantungkan. Keran ini tidak pernah benar, tiap kali aku ingin memakainya harus saja memakai perkiraan dan percobaan. Biasa lagi, aku akan memutar kerannya ke arah kiri, tempat simbol warna merah yang menunjukkan panas, tapi tidak sampai habis. melepuh semua badanku nanti. 

hmm, oke, ini sudah hangat, tapi kurang. coba diputar sedikit lagi. ya, ini dia suhunya! tapi sebentar.. aku sedang tidak ingin suhu yang hangatnya terasa. baiklah. akan kuputar lebih banyak lagi ke arah warna biru, supaya panas dan dingin menghasilkan suhu yang padu.

Hal lain yang tidak benar lainnya adalah suhu air kocoran di keran, selalu lebih tinggi daripada yang keluar dari shower, pancuran. logisnya, air yang keluar dari keran harus lebih panas suhunya supaya pas saat pelaksanaannya nanti.
oke, semuanya siap. 

Air ini, biasa lagi, selalu seperti ini. menghujam deras ke atas kepalaku yang penuh. lalu akhirnya meratakan seluruh kenikmatan ini lewat seluruh lapangan kulit sedikit gelap, ke sendi-sendi yang beraksi atas muaknya semua yang memenuhi isi si kepala, tapi tak menembus sampai kulit yang tepat langsung melekat dengan tulang, rasanya.
Oo iya, banyak sekali yang aku temui belakangan ini. hmmh, orang-orang itu...
mari kita ingat-ingat kembali. yang pertama itu.. Jane, aku suka gadis itu. bagaimana kecerobohannya itu bodoh, tapi sekaligus memikat. kecerobohannya yang memakai telepon genggam sambil berjalan menuju subway sampai ia tidak memperkirakan jarak langkahnya dengan anak tanggalah yang membuatku mengantarnya sampai apartemen di jalan 38. tidak mungkin dia bisa berjalan normal setelah jatuh, jungkir-balik menyelesaikan hampir 75 anak tangga ke bawah tanah. yup, kejadian itu hanya terjadi semalam, namun kami tahu. karena jatuh, kami jatuh cinta.
Yang kami tahu, sebulan orang-orang sepanjang alun-alun kota akan melihat kami jalan berdua di malam sabtu, sebulan kami makan malam di restoran favoritnya, sebulan, desahan kami bersahut satu sama lain di flat miliknya, bersama bibir dan lidah yang saling berpagut. Atas nama cinta.
sebulan juga, aku mulai tidak suka dia. Kenapa dia harus datang pulang dan pergi bersama orang lain? apa aku sudah tidak dibutuhkan lagi? apa dia tidak menanggapi sebulan ini? apa ia telah menggantikanku.. Karena itu, 2 minggu aku tak ingin berbicara dengannya, melihat namanya saja aku muak. Tapi, setelah 2 minggu itu aku menyesal. kenapa palu itu harus mendarat keras di kepalanya.. kenapa setelah itu ia harus terjatuh kembali menyusuri tangga? 
Aku dan dia bertemu dan berakhir karena kejatuhan.

Dia masih melanjutkan mandinya, dengan sayup-sayup hewan-hewan peliharaan yang menggonggong, mengeong, berteriak, memukul, menggeliat, semuanya ramai dari arah gudang kediamannya. "hmm.. kamar mandi ini tidak bisa dipindahkan ke sana ya.. sayang sekali, aku suka saat mereka bertingkah seperti itu. lucu sekali suara mereka. juga pandangan mereka. seperti mata kucing yang membesar di malam hari."

Hmmh.. mengingat Jane membuatku sedih. kembali lagi aku harus sendiri di rumah. lalu, setelahnya, aku lebih sering melihat ke luar rumah melalui jendela ruang tamu. seringnya, memang, aku membiarkan tirai coklat menutup bagian itu. aku tidak suka cahaya atau segala sesuatu yang masuk lewat situ. tapi, beberapa kali aku mnguntit dari sana. beberapa kali itu juga keramaian ibu-ibu atau orang-orang yang berkumpul, mendengar, berbicara, menanggapi  dapat terlihat dan terdengar. aku tidak suka itu. aku tidak akan membiarkan apapun lagi masuk melalui jendela itu. 
Di saat seperti ini Gareth, teman terbaikku, dapat memberikan tempat yang luas untukku berbicara atas apa yang menurutku salah atau benar. Gareth akan memberi jalan keluarnya. Gareth yang mendorongku, selalu. Gareth yang selalu membuatku tidak pernah merasa aku melakukan kesalahan.
"Apa?! Kau bercanda bukan.." Gareth, tidak pernah aku melihat ia begitu tercengang.
"Tentu tidak, aku serius. tidak pernah aku bercanda jika aku datang kepadamu. Ini serius Gareth."
"Kau bodoh hah?! kapan kau mau berubah? kau tidak bisa selalu mempercayai semua yang kau duga, kau tahu itu?"
"Gareth, kau ini kenapa? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Seberapa mabuk kau semalam?"
Ya.. aku kira dia mabuk, dia saaaaangat membiasakan dirinya dengan itu. dulu, aku juga. selain Gareth , mabuk adalah hal yang membuatku berani menghadapi dunia. aku adalah raja, aku adalah dewa yang mempunyai kuasa untuk membuat atau membuat binasa.
"Astaga.. bangun! Kau tahu, kita tidak bisa terus menjadi gila seperti dulu. Aku sudah benci semua malam, semua tindakan yang membuat kita berbohong dan menimpakan semua kesalahan ke pihak yang benar. Ya, aku bukan diriku yang dulu. kau bilang aku mabuk? heheh, aku justru sudah terbangun! Dengar.." dia melangkah ke arahku dan meletakkan kedua tangannya di kedua pundakku, sambil menatapku, aku bersipa mendengarkan ceramahnya yang berikutnya," kau juga harus terbangun sobat. aku mengerti, kita, kau memiliki masa lalu yang buruk. dikucilkan, dibenci, diasingkan.. semua yang bahkan hewan sendiri tidak pantas. Tapi kau tidak boleh membawa itu terus bersamamu. Ia akan menguasaimu, lalu membunuhmu dari dalam. Jika tidak, itu akan menyiksamu seumur hidup"
Semua kata-katanya memuakkan, "aku tidak butuh kesadaran, aku sudah sadar!" bersama kalimat yang terucap aku melepaskan kedua tangannya dengan penuh tenaga, tidak terkendali. Lalu, aku pergi.
Aku tidak pernah ingin kembali ke rumah Gareth lagi, dan aku masih menahan benci. aku bodoh kenapa harus melihat rumah orang sial itu lagi malam ini. Malam yang dingin, dengan penebang pohon yang baru dipinjamkan kepadaku ini aku bisa menghangatkan diri sebentar dengan bergerak, mnegayunkannya bersamanya. Tapi aku ragu, tidak akan ada banyak gerakan, benda ini besar, dan setelah diasah tadi benda ini jadi sangat tajam. 

"oo.. ini sudah terlalu lama.." Setelah basuhan-basuhan dan lamunan yang terjadi, dia memutuskan untuk berhenti. Berhenti.. untuk beberapa hal ia tidak mau berhenti. Tak pernah ia merasa salah, memang, di masa kuliahnya ia dicap sebagai orang yang arogan dan tidak punya perasaan. Ia berbeda, Ia pikir itu adalah nilai tambah yang telah didapat olehnya. Tapi, orang-orang di sekitarnya menanggapi dengan cara yang berbeda, cara yang tidak diharapkannya.
Dan di luar, keramaian telah datang dan menjadi.

"Lapor, tim buru-sergap sudah bersiaga di area rumah pelaku. Kita bisa melakukan ini kapan saja."
"Baik, tetap di tempat, tunggu aba-aba dari pusat komando. target, menurut pengamatan kamera tersembunyi, sedang berada di kamar mandi, dan ini belum mencapai kondisi yang menguntungkan. Ia bisa lari lagi melalui pintu belakang yang ada di dekatnya nanti."
"Siap laksanakan. Ijin, kembali ke lapangan."
"oke, kembali ke lapangan. hmmh..." Kapten merasa begitu frustrasi dan lelah, padahal jika diamati dengan usaha yang ada, targetnya tidak akan lari. tidak bisa. Hal lain, mungkin, yang telah membuatnya.
"Maaf pak, bukan maksud untuk mengganggu, tapi anda sebaiknya tenang. kita pasti berhasil kali ini." sela seorang anggota.
"Iya, saya mencoba untuk tenang saat ini. Hanya saja, saya tidak percaya semua yang telah terjadi, baik apa yang kita lakukan atau yang ia lakukan."
"Maksud anda?"
"Kau anggota baru ya.. hmmh, kau tahu, ini sudah 7 tahun dan sudah 10 kali percobaan penangkapannya gagal karena banyak alasan dan sebab yang penting dan tidak penting. iti satu.." ia berhenti untuk menghela.
"dan.. yang ke dua?"
"Ulah target kita ini.. 5 tahun yang lalu, bukti di tempat kejadian menunjukkan Jane Iker-Andriana dipukul menggunakan godam pemecah batu, tepat ketika ia sedang berdiri di bibir anak tangga di lantai 3, tempat apartemennya. Lalu, menurut keterangan orang-orang yang kenal dengan korban ke sembilan kita, target kita adalah teman dekat korban sendiri, dan.. Ia memenggal kepala korban saat ia tertidur tepat di leher hingga putus seutuhnya, kau tidak tahu seberapa benyak noda darah merah yang tertinggal di TKP."
"Astaga.. apa masalah pelaku ini sebenarnya?"
"psikopat, jika kau bertanya padaku."
"Apa buktinya?"
"Di tempat ia tinggal sekarang, residen yang menempati rumah di seputar tempat tinggal korban sering mendengar lolongan, gonggongan, pokonya segala bentuk ekspresi suara hewan yang tidak biasa dari rumah korban. dan kau tahu yang menyebabkannya? Hewan yang ia miliki diperlakukan secara sangat tidak wajar. menurut salah satu anak dari salah satu rumah di seputar rumah korban, yang berhasil menyusup dan beruntung keluar dari sana hidup-hidup, ia melihat ular yang diputar, setelah dijeput kedua ujungnya, dengan alat mekanis yang membuat ular tersebut menahan sakit sampai mati karena semua struktur tubuhnya hancur.."
"Ya Tuhan..."
"itu belum semuanya, bocah itu juga mengatakan anjing yang keempat kakinya dijepit menggunakan dua jerat beruang, dan biarkan melolong, menggonggong menahan sakit dari keempat kaki yang berdarah dan hampir, menuju, putus. dan seingatku, kucing.."
"Kenapa dengan kucing yang ia miliki?"
"Ia menggantungnya."
"Lalu...?"
"bukan lalu, tapi ia biarkan bagian dari dada hingga bagian abdomen kucing itu terbuka, selagi kucing itu berjuang untuk hidup.."

Di tengah keheningan yang terjadi sesaat setelah semua dialog itu selesai. derap langkah kaki, cepat, datang memasuki tenda pos kamando tempat sang kapten berbagi cerita dengan salah satu anggotanya. Ia menyetujui saran dan memberikan perintah kepada sang pemilik derap langkah kaki tersebut. dari tenda, ia dapat mendengar semua kejadiannya
BUM!! (suara pintu terdobrak oleh kaki yang kuat menghentak)
"JANGAN BERGERAK! ANDA KAMI TAHAN!"
lalu.. terdengar suara riuh dari pistol otomatis yang tdak ada dalam peralatan anggota. "AKU TERTEMBAK! AKU TERTEMBAK!" seorang anggota tumbang, 5 peluru bersarang di perutnya. Sang kapten mulai makin tidak tenang. Ia hampir melihat kegagalan. Ia tahu, pada saat ini, dengan pistol otomatis yang targetnya miliki, anggotanya tidak bisa maju kemana-mana.
"KALIAN ANAK-ANAK SETAN!! MATI KALIAN SEMUA! AKU PEDANG YANG DIHUNUSKAN TUHAN UNTUK MEMBINASAKAN KALIAN SEMUA! HAAAAAAAAAAAAHAHAHAHA!!!! MATI KALIAN! MATIIIIIIIIIIII!! KALIAN SUKA AKU BEGINI? HAH?! KALIAN MAU MENJAUHI AKU LEBIH JAUH LAGI?! MATI SAJA KALIAAAAAAAAN!!"
"(duar!)  (brug...)" 

Minggu, 2 Maret 2013.
Seorang blogger menanggapi kejadian yang tidak biasa di blognya, mengenai seorang psikopat yang telah membunuh hampir 20 orang yang akhirnya mati karena tembakan ke kepala yang ditembakkan seorang kapten yang seharusnya hanya mengomandoi saja dari sebuah headline dan berita yang ia baca pagi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar