Selasa, 12 Maret 2013

Puisi tentang Malam

Aku adalah kelelawar yang bosan dilahap raja siang
Tanpamu Ibu, tak ada udara yang ingin mendekapku.
Tanpamu Ibu, semua yang terlihat nyatanya semu, palsu
Oh Dewi Rembulan, akan aku tunggu sampai saatmu datang.

Dalam gelap aku tak pernah lelah.
Jika untukmu ini berarti sesat, maka percayalah.
Jika untukmu gelap ini teror, percayalah.
Malam selalu membuatku percaya, aku adalah bagian darinya.

Sepasang penuh kasih, bertemu.
Tangannya melingkar di perut ia yang lainnya.
Percayalah, buat kalian, atas anggapan malam kelambu dosa.
Malam adalah tempat aku dan dia tak terusik, hanya berdua.

Kasihan bagi seorang anak, tak ada ia, ayah yang pergi saat pagi buta.
Malam pun tak tentu menuntaskan rindunya.
Saat pergi ia ke alam mimpi.
Akan mendarat, sentuhan bibir berkata, "maaf, aku sangat mencintaimu. tapi apa daya?"

Kasihan aku melihat malam, banyak jiwa yang terpecah
disusun oleh tangan yang tak pantas menjamah.
Jiwa-jiwa yang rapuh, yang telah lama dilupakan oleh cinta.
Kini ia membunuh cinta, dengan memuaskan nafsu, penuh peluh.

Malam ini aku melihat ia termenung, dengan segelas kopi panas di tangan.
Ia tak berhenti melihat bintang, seakan sedang mencari eksistensinya di angkasa.
Ia melihat lampu kota yang kilaunya menggairahkan hatinya yang hampir padam.
"Iya, saya akan pulang lebih malam" jawabnya lewat telepon genggam pada satpam kosan
Ia tahu, semua orang di sekitarnya tahu.
Ia sangat tidak suka. ketika dewi rembulan dimakan habis oleh cahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar